Pak
Azis dan Uang Dua Puluh Ribu Rupiah
Banyak cara untuk menyukseskan dunia
pendidikan dan pengajaran seperti juga istilah dalam kaidah umum, banyak jalan
menuju Roma.
Tak mampu menggunakan satu metode, bisa menggunakan
metode yang lain. Selama pelajaran bisa tersampaikan, kenapa tidak? Apalagi
jika pelajaran itu dipandang sulit menurut pandangan umumnya.
Di antara pelajaran yang sulit, Bahasa
Inggris menjadi satu di antaranya.
Inspiring |
Seperti yang disampaikan Pak Azis dalam
kisahnya saat mengajar mengajar bahasa Inggris.
“Sultan itu ya, sudah tiga tahun belajar
di sini belum tahu yang namanya 5 W 1 H,” tutur Pak Azis di sela obrolannya.
Kok bisa
Aku sendiri sebagai PJ Tahfizh tidak
habis pikir akan hal ini, apa karena standar yang diterapkan di sini kurang
tinggi atau memang anaknya yang bermasalah. Tapi teori pendidikan yang aku
pelajari di kuliahan mengajarkan jika 75% dari keseluruhan siswa lulus maka
metode pelajaran itu dinyatakan lulus, sisa siswa yang tidak lulus itulah yang
bermaslaha dan harus dibina (sakan hehehe kejahilannya maksudnya).
Namun jika kurang dari itu maka, maka
metode pelajarannnya yang perlu dievaluasi agar siswa bisa lebih banya yang
lulus.
Nah yang aku lihat kasus kisah Pak Azis
ini hanya Sultan dan segelintir orang saja yang belum bisa memahami. Artinya ya
si anak itu sendiri yang harus diprivati.
“Tapi saya tidak kekurangan akal. Pernah
saya harus merogoh gocek 10.000 demi menstimulus siswa. siapa yang bisa
mengerjakan soal ini silakan ambil uang yang di atas meja ini,” lanjut Pak
Azis. Dia sendiri mengakui jika soal itu lumayan berat sehingga dia berani
mengeluarkan uang se”gede” itu. Tapi yang dia bikin senang adalah meningkatnya
kemauan anak untuk berusaha mencari danmencari demi memecahkan soal yang Pak
Azis berikan.
“Yaudah saya naikin menjadi 20.000,”
tantang Pak Azis kepada anak-anak.
Namun apalah daya, kerja keras mereka
belum bisa memecahkan soal tersebut.
Nah di sinilah pentingnya memberi
stimulus anak jika mereka merasa pelajaran yang kita ajarkan itu sulit. Bisa
sulit untuk disampaikan atau sulit untuk diterima anak. Stimulus tak harus
berupa uang, bisa juga snack, penghrgaan, pujian, sampai hal-hal kecil yang
terasa berkesan untuk anak-anak.
Semoga kisah ini bisa memberi kita
manfaat untuk selalu berkreasi dalam mendidik anak-anak.
Amiiiin,
Sukabumi,
18 Oktober 2016
0 komentar:
Posting Komentar