Selasa, 18 Oktober 2016

Kisah Inspiratif: Pak Azis dan Uang Dua Puluh Ribu Rupiah

Pak Azis dan Uang Dua Puluh Ribu Rupiah

Banyak cara untuk menyukseskan dunia pendidikan dan pengajaran seperti juga istilah dalam kaidah umum, banyak jalan menuju Roma.
Tak mampu menggunakan satu metode, bisa menggunakan metode yang lain. Selama pelajaran bisa tersampaikan, kenapa tidak? Apalagi jika pelajaran itu dipandang sulit menurut pandangan umumnya.
Di antara pelajaran yang sulit, Bahasa Inggris menjadi satu di antaranya.
Inspiring

Seperti yang disampaikan Pak Azis dalam kisahnya saat mengajar mengajar bahasa Inggris.
“Sultan itu ya, sudah tiga tahun belajar di sini belum tahu yang namanya 5 W 1 H,” tutur Pak Azis di sela obrolannya.
Kok bisa
Aku sendiri sebagai PJ Tahfizh tidak habis pikir akan hal ini, apa karena standar yang diterapkan di sini kurang tinggi atau memang anaknya yang bermasalah. Tapi teori pendidikan yang aku pelajari di kuliahan mengajarkan jika 75% dari keseluruhan siswa lulus maka metode pelajaran itu dinyatakan lulus, sisa siswa yang tidak lulus itulah yang bermaslaha dan harus dibina (sakan hehehe kejahilannya maksudnya).

Namun jika kurang dari itu maka, maka metode pelajarannnya yang perlu dievaluasi agar siswa bisa lebih banya yang lulus.
Nah yang aku lihat kasus kisah Pak Azis ini hanya Sultan dan segelintir orang saja yang belum bisa memahami. Artinya ya si anak itu sendiri yang harus diprivati.

“Tapi saya tidak kekurangan akal. Pernah saya harus merogoh gocek 10.000 demi menstimulus siswa. siapa yang bisa mengerjakan soal ini silakan ambil uang yang di atas meja ini,” lanjut Pak Azis. Dia sendiri mengakui jika soal itu lumayan berat sehingga dia berani mengeluarkan uang se”gede” itu. Tapi yang dia bikin senang adalah meningkatnya kemauan anak untuk berusaha mencari danmencari demi memecahkan soal yang Pak Azis berikan.
“Yaudah saya naikin menjadi 20.000,” tantang Pak Azis kepada anak-anak.
Namun apalah daya, kerja keras mereka belum bisa memecahkan soal tersebut.

Nah di sinilah pentingnya memberi stimulus anak jika mereka merasa pelajaran yang kita ajarkan itu sulit. Bisa sulit untuk disampaikan atau sulit untuk diterima anak. Stimulus tak harus berupa uang, bisa juga snack, penghrgaan, pujian, sampai hal-hal kecil yang terasa berkesan untuk anak-anak.

Semoga kisah ini bisa memberi kita manfaat untuk selalu berkreasi dalam mendidik anak-anak.
Amiiiin,

Sukabumi, 18 Oktober 2016

0 komentar:

Posting Komentar