Ada Apa Dengan Sekolah Tahfizh Al Araf
“Kamu
sekolah di mana?”
“Di
SMPIT Al Araf.”
“Di
sana program unggulannya apa?”
“Tahfizh.”
“Apa?”
“Tahfizh.
Ya, program tahfizh Al Quran yang sedang menjadi unggulan di sana.”
Memang,
tahfizh Al Quran menjadi nilai jual tersendiri di sekolah ini. Nilai yang mampu
menarik minat banyak orang sehingga ingin menyekolahkan anaknya. Yang membuat
banyak orangtua melirik dan berdiam sejenak untuk sekedar survei dan memastikan
program unggulan ini. Benarkah adanya?
Secara
personal, aku menjadi orang yang pertama bertanggung jawab kala ada orang yang
memintai pertanggungjawaban anaknya yang sudah berada di sekolah ini. Karena aku
menjadi koordinatornya.
“Kalau
Fauzi sekarang hafalan sudah sampai mana?” tanya Ayah Fauzi.
Deg.
Katanya
aku adalah orang pertama yang bertanggung jawab. Tapi saat ditanya malah
kelimpungan.
“Maaf
pak, kalau kelas 9 itu menjadi tanggung jawab Pak Yano dan Pak Sigit. Tapi yang
saya tahu beberapa pekan terakhir dia setor juz 7. Mungkin sekarang sudah lebih
banyak,” jawabku sedikit mengingat.
“Tapi
setahun lalu, dia wisuda sudah mendapatkan hafalan 7 juz, terhitung dari juz 29
dan 30 plus 1 sampai 5 juz. Sekarang malah melambat. Kenapa ya?”
Aku
pun hanya bisa mengimbangi dengan fakta di lapangan yang aku bisa. Selebihnya kurang
tahu. Pasalnya, setahun belakangan aku off dari sekolah ini. Dan tak begitu
banyak tahu kondisi dilapangan, selama setahun terakhir.
“Mungkin
karena selama setahun kemarin sekolah ini kehilangan identitas. Dahulu ada
program takhassus. Fauzi dan beberapa anak ikut. Ketika ada acara paskibra, dia
ikut pula. Saat ada perlombaan O2SN, dia ikut andil. Jadilah mondar mandir ndak
fokus,” ujar ayah Fauzi menerka kondisi anaknya sendiri.
Entah
ini sebuah sindiran, tamparan atau pukulan bagiku sebagai koordinator tahfizh. Jujur
saja aku bingung. Ada apa dengan sekolah ini. Lebih jelasnya, ada apa dengan
program unggulan tahfizh di sekolah ini?
Ini
baru komplen dari satu orang, bisa jadi ini menjadi perwakilan suara orangtua
yang lainnya.
Lain
Fauzi lain halnya dengan Dhafin. Dia juga bagian dari program takhassus yang
dulu pernah aku dan Ust. Jalil kawanku canangkan. Kini?
“Aslm.Ust
gmn Dhafin sudah dijadwal. Mohon infonya. Dhafin wakt Sbtu ke Al Araf sudah mau
untuk privat,” sebuah whatsapp datang menyapa Hp ku. Dari ayah Dhafin.
Aku
hanya bisa menjelaskan kondisi hafalan Dhafin di lapangan. Agak kacau.
“Program
tahfizh di Al Araf gmana sekarang. Kok bisa kacau?”
“Untuk
menghapal dan setorannya dijadwal aja. Sy minta bantuan ust utk terjadwal
semacam privat.”
Satu
keluhan sekaligus permohonan dari orangtua. Yang ternyata bukan dari satu orang
saja. Yang tahu beliau bercerita bahwa dia sudah banyak mengeluarkan biaya,
capek harus ke sana kemari demi mengejar hafalan anaknya yang kini sudah mencapai
belasan juz. Tapi dia begitu kecewa, kala anak yang dia harapkan hafalannya
hampir dipastikan banyak yang lupa.
Ah,
sekali lagi aku harus bertanya, ada apa dengan program tahfizh yang notabene
sebagai program unggulan ini?
Aku
sadar hafalan anak-anak di sini agak sedikit di bawah standar, mereka yang
pernah menghafal tapi lupa akan hafalan yang telah mereka hafal. Hanya sebatas
pernah hafal, bukan masih hafal.
Benarlah
sabda Nabi SAW, bahwa Al Quran itu lebih cepat hilangnya daripada unta yang
terikat.
Kasihan
mereka yang telah memberi amanah dan kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang
mereka harap. Mereka yang telah berkorban, namun tak mendapatkan apa yang
mereka idamkan. Mereka yang .... Mereka yang ....
Tidak
ada pilihan, selain melakukan pembenahan. Dimulai dari para gurunya yang pasti,
berlanjut pada evaluasi program selanjutnya follow up terhadap hafalan anak.
Kapan
dimulai?
Kapan
lagi kalau tidak dari sekarang?
SMPIT AL ARAF, 04 Oktober 20016
0 komentar:
Posting Komentar