Kamis, 13 Oktober 2016

Catatan Dari Seorang Ibu Teruntuk Wali Asrama

Catatan Dari Seorang Ibu
Teruntuk Wali Asrama

Menjadi guru di sebuah boarding schooll memang kadang terasa susah-susah gampang, apalagi jika kita harus nyemplung di dunia keasramaan sebagai seorang wali asrama. Itu artinya kita harus berubah peran, tidak hanya guru yang mengajar di kelas,tidak cuman tenaga pendidik yang membukakan keran-keran ilmu untuk para siswa, tapi lebih dari itu. Kita harus mampu menjadi peran sebagai orangtua pengganti. Entah sebagai ayah yang secara umum bersifat keras dan tegas atau lembut layaknya para ibu.
Are you ready?
Willy Nilly
 
I Love U Mom
Ketika kita sudah deal menandatangani nota kesepakatan maka tak ada pilihan untuk mengelak dari tugas. Satu dari seian tugas yang aku sukai adalah berinteraksi dengan orangtua mereka. Jika dihitung mana yang paling banyak interaksinya, antara siswa yang biasa-biasa atau yang dicap luar biasa. Maka pilihannya jatuh pada yang kedua.

“Jujur saja Pak, saya sama sekali tidak ada niatan untuk ikut campur urusan dan peraturan sekolah. Saya sebagai orangtua sudah mempasrahkan seluruhnya tentang anak saya. Karena saya percaya, sistem pendidikan di sini sudah teruji dan terbukti. Namun,........” terang seorang wali murid beberapa hari lalu.
Nah, yang pakai namun namun di belakang kalimat percakapan ini biasanya mengandung dua hal. Kalau tidak menyindir dan menyalahkan atau memang berniat membberikan kritik yang membangun. Kira-kira yang mana yaa?


Selama beberapa hari terakhir anak beliau memang dalam step bermasalah menurut catatan kita, wali asrama. Beberapa pelanggaran sudah dia lakukan, dari yang berat seperti merokok sampai yang ringan-ringan, bermalas-malasan hingga undisipliner. Kamar yang dia tempati menjadi kamar yang patut diwaspadai.
“jangan sampai anak saya merasa diancam oleh guru yang di sini. Kan yang melakukan pelanggaran tidak hanya dia seorang, tetapi kena dia melulu yang jadi incaran. Yang selau disalahkan,” lanjut orangtua yang memintaku untuk bertemu dengannya.

Padahal dalam hatiku aku berpikir jika orangtua harusnya bangga jika anaknya jadi perhatian para gurunya. Tetapi aku selalu husnuzhon, jika ada kemungkinan apa yang dia katakan ada benarnya. Andai saja beliau ada di sini dan tahu kebiasaan anaknya sehari-hari.

Namun apapun kondisinya, maka minumnya Teh Botol Sosro,,,, wah mullai ngaco niiih.
Dari beliau aku mendapatkan 3 catatan penting untuk menjadi pegangan bagi semua wali asrama, khusunya yang ada di Indonesia.
1. Belajarlah merangkul bukan melulu menghakimi.
2. Belajar menjadi adil jangan sampai menganak tiri.
3. Belajar menjadi ayah yang baik meski belum pernah memiliki ayah sendiri (jlebb untuk model bujang sepertiku ini)

Jadi bagaimana waliasrama?
Ctatan Untuk Bagas A. Wibowo di Al Araf


Sukabumi, 13 Oktober 2016

0 komentar:

Posting Komentar