Catatan Dari Seorang Ibu
Teruntuk Wali Asrama
Menjadi
guru di sebuah boarding schooll memang kadang terasa susah-susah gampang,
apalagi jika kita harus nyemplung di dunia keasramaan sebagai seorang wali
asrama. Itu artinya kita harus berubah peran, tidak hanya guru yang mengajar di
kelas,tidak cuman tenaga pendidik yang membukakan keran-keran ilmu untuk para
siswa, tapi lebih dari itu. Kita harus mampu menjadi peran sebagai orangtua
pengganti. Entah sebagai ayah yang secara umum bersifat keras dan tegas atau
lembut layaknya para ibu.
Are
you ready?
Willy
Nilly
Ketika
kita sudah deal menandatangani nota kesepakatan maka tak ada pilihan untuk
mengelak dari tugas. Satu dari seian tugas yang aku sukai adalah berinteraksi
dengan orangtua mereka. Jika dihitung mana yang paling banyak interaksinya,
antara siswa yang biasa-biasa atau yang dicap luar biasa. Maka pilihannya jatuh
pada yang kedua.
“Jujur
saja Pak, saya sama sekali tidak ada niatan untuk ikut campur urusan dan
peraturan sekolah. Saya sebagai orangtua sudah mempasrahkan seluruhnya tentang
anak saya. Karena saya percaya, sistem pendidikan di sini sudah teruji dan
terbukti. Namun,........” terang seorang wali murid beberapa hari lalu.
Nah,
yang pakai namun namun di belakang kalimat percakapan ini biasanya
mengandung dua hal. Kalau tidak menyindir dan menyalahkan atau memang berniat
membberikan kritik yang membangun. Kira-kira yang mana yaa?
Selama
beberapa hari terakhir anak beliau memang dalam step bermasalah menurut catatan
kita, wali asrama. Beberapa pelanggaran sudah dia lakukan, dari yang berat
seperti merokok sampai yang ringan-ringan, bermalas-malasan hingga
undisipliner. Kamar yang dia tempati menjadi kamar yang patut diwaspadai.
“jangan
sampai anak saya merasa diancam oleh guru yang di sini. Kan yang melakukan
pelanggaran tidak hanya dia seorang, tetapi kena dia melulu yang jadi incaran. Yang
selau disalahkan,” lanjut orangtua yang memintaku untuk bertemu dengannya.
Padahal
dalam hatiku aku berpikir jika orangtua harusnya bangga jika anaknya jadi
perhatian para gurunya. Tetapi aku selalu husnuzhon, jika ada kemungkinan apa
yang dia katakan ada benarnya. Andai saja beliau ada di sini dan tahu kebiasaan
anaknya sehari-hari.
Namun
apapun kondisinya, maka minumnya Teh Botol Sosro,,,, wah mullai ngaco niiih.
Dari
beliau aku mendapatkan 3 catatan penting untuk menjadi pegangan bagi semua wali
asrama, khusunya yang ada di Indonesia.
1.
Belajarlah merangkul bukan melulu menghakimi.
2.
Belajar menjadi adil jangan sampai menganak tiri.
3.
Belajar menjadi ayah yang baik meski belum pernah memiliki ayah sendiri (jlebb
untuk model bujang sepertiku ini)
Jadi
bagaimana waliasrama?
Ctatan
Untuk Bagas A. Wibowo di Al Araf
Sukabumi, 13 Oktober 2016
0 komentar:
Posting Komentar