GHOLIBAN : Madu Kalimantan (beepollen dan royal jelly)

Madu hutan kalimantan gholiban adalah madu asli yang diambil langsung dari sarang lebah liar apis dorsata dari dari hutan Kalimantan.

BAHASA ARAB DI HARI PERTAMAKU MENGAJAR

Hari ini menjadi hari pertama aku mengajar bahasa Arab di semester 2, tepat di hari Senin tanggal 16 Januari 2017..

Kisah Umar Bin Khattab Part.1 : Sentuhan Hidayah

Umar bin Khattab adalah salah seorang yang keras permusuhannya kepada Nabi Muhammad saw. Begitu kuat hasratnya untuk membunuh beliau..

Antara Sambutan dan Roasting

Roasting adalah metode Stand Up yang seringkali digunakan oleh komedian untuk menyerang seseorang namun dengan cara yang unik.

Inferior

Apa sih inferior itu? Melihat dari makna yang termaktub di KBBI online, inferior berarti bermutu rendah, (merasa) rendah diri.

Rabu, 10 Juni 2020

Contoh Catatan Wali Kelas


1.        Cara belajar kamu sudah bagus, teruslah rajin belajar agar kamu menjadi anak yang berhasil.

2.        Tingkatkan cara belajarmu, agar kamu dapat memiliki prestasi yang lebih baik lagi.

3.        Belajar merupakan kunci keberhasilan, oleh sebab itu tingkatkan motivasi belajarmu agar menjadi pribadi yang lebih baik.


Minggu, 07 Juni 2020

Filosofi Tanaman Tebu

Siapa sih yang nggak kenal tanaman tebu?

Tebu adalah tanaman spiritual Jawa, dari kata antebing kalbu alias kemantapan hati. Tanaman ini selalu tumbuh Serumpun atau sauyun, seperti bambu. Ini menandakan pola pikir kebersamaan.

Sabtu, 06 Juni 2020

Nasehat Yai Sun - Ngaji Seing Tenanan

“Mumpung masih muda, tenaga juga masih ada. Ngaji sing mempeng, tenanan. Kitab opo wae, dipelajari,” nasehat Abah Yai Sun, kyai senior di daerah Pagerwojo, Perak.     Pagerwojo merupakan desa kecil di pinggiran Kecamatan Perak. Dari dulu hingga sekarang, desa ini selalu menghasilkan ulama-ulama panutan, kyai-kyai sekaliber desa hingga kecamatan. Selain Abah Yai Sun, masih ada juga Mbah Yai Masduqi Abdurrohman, pengasuh Pesantren Roudhatu Tahfizh Quran.  Di desa ini pula terdapat makam wali penyebar agama Islam di wilayah Jombang dan seitarnya. Sayyid Abdurrohman, yang makamnya terletak di Masjid Pagerwojo. Beliau merupakan salah satu keturunan dari Sunan Gunungjati Cirebon. Banyak kisah yang aku dapatkan tentang desa ini dari Emakku, yang asli keturunan orang Pagerwojo.     “Dulu saya, saking pengennya memahami kitab  ta’lim mutaallim. Saya sampai mengkhatamkannya sebanyak 14x di bawah bimbingan Mbah Yai Mahrus, Lirboyo,” Abah yai Sun melanjutkan nasehatnya. Beliau memperlihatkan ratusan kitab yang berjajar rapih di rak lemarinya. Selama lebih kurang 13 tahun mondok (1963 -1976) di daerah Kediri. Pulang langsung dipasrahi mengajar ngaji.     Satu hal yang amat ditekankan kepada kami saat sowan kepada beliau adalah untuk tekun dalam mengaji,”dulu Mbah Kaji Hamid Kerosono (suami dari Mbah Nyai Fatimah – Mbahku) bilang – Sun, nak ngaji sing temenan. Kitab opo wae, dipelajari. Nderek kaleh dawuhe Poro Yai. Wes to, nggak bakalan rugi.” -Sun, kalau kamu ngaji, yang tekun. Kitab apa saja dipelajari. Ikut apa yang disampaikan oleh Kyai. Insyaallah gak bakal merugi.-     Alhasil, nasehat itu setidaknya melecut beliau hingga saat ini. Ada banyak pengajian yang beliau isi, belum beberapa madrash dan TPQ.  Semoga ilmu dan semangat beliau, terwaris kepada kami. Amiiin  Ngawi, 06 Juni 2020.
“Mumpung masih muda, tenaga juga masih ada. Ngaji sing mempeng, tenanan. Kitab opo wae, dipelajari,” nasehat Abah Yai Sun, kyai senior di daerah Pagerwojo, Perak.

 

Kamis, 04 Juni 2020

Ojo Wedi Rabi – Nasehat Abah Yai Untuk Kaum Jomblo


Sowan pada Kyai, bertatap muka dan sambung silaturohim mungkin menjadi sesuatu yang spesial. Terkhusus orang spertiku yang masih santri. Orang santri biasa menyebutnya dengan ngalap barokah alias mengharap cipratan barokanya beliau-beliau yang secara garis, dekat hatinya dengan Gusti Allah. dari sana kita akan menemukan mutiara-mutiara hikmah yang kadang tidak kita dapati di belahan dunia manapun.  Seperti yang aku alami pagi ini, saat sowan pada Abah Yai Sun, salah satu kyai sepuh di Desa Pagerwojo, Perak.  Bersamaku ada Mbak Zah, putri sulung dari keluarga besar Bani Rohani, dan keluarganya, Mbak Yah, kakak ku nomor 5 bersama dua orang putranya, Farikh dan Ayil. Ada juga adekku, Hasim.  “Dulu waktu saya masih muda, tahun 1963 sudah mondok. Selesai tahun 1976. Nggak lama disuruh menikah sama Abah,” Abah Yai Sun mulai bercerita.  “Tak ada modal yang cukup selain satu keyakinan. Keyakinan akan dawuhe Gusti Allah dalam Al Qur’an, -Nahnu Qasamnaa bainahum ma’iisyatahum- Kamilah yang membagi di antara mereka penghidupan mereka.” Lanjut beliau. Banyak hal yang beliau sampaikan kepada kami, terutama pada para jomblo yang saat itu tentunya lebih ditujukan pada adekku Hasim yang sudah berumur dua enam tahun.  “Tak hanya itu, bahkan Gusti Allah dawuh, “Nahnu Narzuqukum – Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Jadi, kesimpulannya, Ojo Wedi Rabi!! Allah sampun andom rejeki. (Jangan takut menikah, karena jatah rejeki sudah diatur oleh-Nya,” panjang lebar beliau membekali kami.  “Tapi ingat...” beliau memberi peringatan.  “Keyakinan itu harus dibarengi dengan sebuah petunjuk dari Nabi melalui sabdanya, - Harrik Yadaka alias Obahno tanganmu!!” Yang secara Indonesia berarti Gerakkan tanganmu untuk bekerja. Jangan hanya bertpang dagu dan bermalas-malasan.  “Ngapain kerja. Kan rejeki sudah ada yang ngatur.”  Ek okk...  Itu pemikiran yang salah Cuyyy  Yang penting harus seimbang, antara ikhtiar, usaha dan doa.  Bagi yang sudah berumur dan siap menikah, menikahlah. Jangan ditunda  Dan jangan khawatir kagak bisa ngasih makan anak bini.  Ngawi, 06 Juni 2020.
Sowan pada Kyai, bertatap muka dan sambung silaturohim mungkin menjadi sesuatu yang spesial. Terkhusus orang spertiku yang masih santri. Orang santri biasa menyebutnya dengan ngalap barokah alias mengharap cipratan barokanya beliau-beliau yang secara garis, dekat hatinya dengan Gusti Allah. dari sana kita akan menemukan mutiara-mutiara hikmah yang kadang tidak kita dapati di belahan dunia manapun.

Rabu, 03 Juni 2020

Filosofi Bodo Kupat

Falsafah orang Jawa kuno selalu terkandung sesuatu yang arif dan bijaksana untuk dipelajari. Beruntung sekali orang yang bisa mengenalnya, apalagi bisa memahaminya. Tetapi sedikit orang yang mau mengkaji akan hal ini, satu di antara falsafah itu adalah Bodo Kupat.   Secara harfiah, Bodo Kupat hampir mirip dengan Bodo Amat, tapi kedua kata mempunyai arti yang jauh berbeda. bodo Kupat artinya Lebaran Ketupat sedang Bodo Amat artinya Biarin, Suka Suka Gue, kata anak-anak jaman milenial.   Bodo Kupat biasa dilaksanakan 7 hari semenjak dimulainya salat idulfitri. Dalam Bodo Kupat, beragam menu tradisional disediakan untuk dikonsumsi. Menu tersebut sangat khas dan tidak tergantikan. Apa saja dan apa makna dari makanan tersebut:  1. Lontong “Olo e Dadi Kotong”  Lontong menurut orang Jawa punya filosofi “olo e dadi kotong” atau dalam bahasa Indonesianya, kejelekannya sudah tidak ada atau hilang. Filosofi ini erat kaitannya dengan bulan Ramadhan. Seperti yang kita tahu, selama di bulan suci itu umat islam akan dilebur dosa-dosanya setelah sebulan berpuasa. Hingga akhirnya kembali suci dan fitrah, sehingga dijuluki dengan “olo e dadi kotong”. Meskipun tak harus dimakan setelah bulan puasa, lontong silahkan kamu nikmati kapan saja. Namun kali ini jangan lupa, jika lontong tersebut adalah representasi dari dosa yang telah dihilangkan. Jadi, mudah-mudahan bisa jadi pengingat yang baik agar kita selalu bertaubat agar terampuni semua dosa-dosa.  2. Lepet “Elek e Disimpen Sing Rapet” Sama seperti lontong, lepet juga punya filosofinya sendiri, yakni “elek e disimpen sia sendiri disimpan rapat-rapat. Kejelekan adalah aib yang sebisa mungkin jangan pernah diumbar.  Namun di zaman sekarang ini yang semuanya serba terbalik, orang-orang malah bangga dengan kejelekannya. Ketika mengunyah ketan dan kacangnya yang lembut, lepet akan terus menerus mengingatkanmu agar selalu bisa menjaga kejelekan sendiri.  3. Lemper “Yen Dilem Atimu Ojo Memper” Lemper adalah jajanan primadona yang selalu ada dalam setiap acara besar. Mulai dari khitanan, resepsi nikah, sampai bungkusan pengajian. Lemper juga punya filosofi yang sangat bagus, “yen dilem atimu ojo memper” yang artinya ketika dipuji maka hatimu jangan sombong atau berbangga diri. Ya, kadang memang demikianlah yang terjadi sekarang. Ketika pujian malah bukan jadi suatu pelajaran justru menumbuhkan rasa kebanggaan berlebihan. Merasa sombong dan menganggap orang lain tidak ada apa-apanya. Ketika memakan kudapan satu ini kamu juga bisa mengartikan jika di atas dirimu yang sudah hebat itu, masih ada lainnya yang lebih jago lagi. Lemper memang kue sederhana dan gampang dibuat tapi esensi di dalamnya sangat luas.  4. Ketupat/Kupat “Ngaku Lepat” Kupat atau ketupat ini adalah makanan yang ikonik dengan selebrasi lebaran. Meskipun sebenarnya tak jauh beda dari lontong, namun bentuk kupat yang unik membuatnya tetap berbeda. Tahu kah kamu kenapa kupat umumnya hanya ada di hari lebaran saja? Idul Fitri identik dengan maaf memaafkan dan makanan yang paling representatif untuk menggambarkan hal tersebut adalah kupat. “Ngaku lepat” adalah filosofi di balik makanan   5. Apem Apem merupakan jajanan lawas yang mungkin sudah dibuat beratus tahun yang lalu Apen terambil dari bahasa Arab "afuw" yang artinya maaf. Jadi orang-orang dahulu biasa memberi apem kepada tetangga sebagai bentuk permintaan maaf. Makanya, apem rasanya manis semanis permintaan maaf kepada orang-orang.   6. Kolak Sama seperti deretan makanan di atas makanan ini juga mengandung filosofi bahkan dua arti sekaligus. Kolak biasanya terdiri dari umbi-umbian pendam yang bahasa Jawanya disebut “polo pendem”. Hal ini mengingatkan kita kalau pada akhirnya setiap manusia akan dipendam atau dikubur. Maka sebelum hal tersebut terjadi, maka berbuat baik, lakukan kewajiban dan juga pahami filosofi santan.  Santan atau biasanya disebut santen  mengandung arti “sing salah nyuwun ngapunten” yang artinya adalah siapa pun yang bersalah haruslah meminta maaf. Selain amal, maaf adalah hal yang kita butuhkan saat mati.  Ketika seseorang ikhlas memaafkan kita, maka kematian pun akan jauh lebih mudah. Seperti sudah tidak ada beban lagi, lebih-lebih ketika menjalani kehidupan setelah kematian.  Bagaimana, luar biasaa kan!!!  Al-Muhafadzah ala al-Qodim al-Shaleh wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik.  Nganjuk, 03 Juni 2020
Falsafah orang Jawa kuno selalu terkandung sesuatu yang arif dan bijaksana untuk dipelajari. Beruntung sekali orang yang bisa mengenalnya, apalagi bisa memahaminya. Tetapi sedikit orang yang mau mengkaji akan hal ini, satu di antara falsafah itu adalah Bodo Kupat. 

Senin, 01 Juni 2020

Shalat Sunnah Syawwal - Shalat Utaqa dan Tata Caranya

Hari ini aku bersama santri Nurul Burhan melaksanakan kegiatan salat sunah mutlak di bulan Syawal salat Sunnah ini mempunyai Fadilah yang luar biasa besar. 

Salat sunah ini langsung dipimpin oleh Mbah Yai Anam, Pengasuh Pesantren Nurul Burhan. Dalam jumlah yang beliau sampaikan salat ini mempunyai keutamaan yang luar biasa.