Kamis, 13 Oktober 2016

TEPAR DAN SAKIT SENIN

TEPAR DAN SAKIT SENIN

Teman boleh percaya boleh tidak bahwa di tempat kami ada waktu satu hari di mana penyakit datang menyerang secara mendadak dan terus-terusan. Penyakit yang menyerang sendi-sendi kehidupan dan menggoyang stabilitas pendidikan. Penyakit yang mungkin kata guru merupakan kambuhan namun kata murid ini merupakan kesempatan.
Penyakit itu namanya Penyakit Senin.
Sakit atau Sakit-sakitan?

“Dulu saya pernah mnympahin Pak. Atas nama Allah, jika mereka hanya pura-pura sakit maka keturunan mereka sampai mereka sendiri akan terkena sakit beneran, sulit disembuhkkan,” cerita Pak Azis.
Masih dari cerita Pak Azis bahwa cara itu cukup efektif. Sebab besoknya pas lagi upacara tidak ada yang absen. Ikut semua.

Namun karena ini namanya penyakit kambuhan maka rentan juga dengan kemunculannya kembali. Buktinya?
Selama bebarapa pekan terakhir, ada ajayang aijin sakit. Terus yang ijin itu tidak hanya satu dua. Parahnya bisa mencapai angka lebih dari lima siswa. entah sakitnya apa, yang pusing lah, demam lah, meriang lah, batuk pilek lah dan banyak lagi lainnya.


Entah ada hubungannya atau tidak, ada sambungannya atau tidak, faktor puasa bisa jadi menjadi salah satu penyebabnya.
Memang kita mewajibkan anak untuk puasa sunnah di hari Senin, dengan niatan mereka terlatih dalam segala hal yang berkaitan dengan puasa. Terbiasa lapar seperti layaknya mereka yang menderita kefakiran, terbiasa menahan diri dari segala nafsu yang menggoda, terbiasa menjaga hal-hal yang membatalkan puasa, baik secara lahiriahnya maupun batiniahnya, terbiasa dan terbiasa yang lainnya.
Dani ini harus dimulai dari sahur yang notabene bangunnya lebih pagi dari biasanya.

Alhasil....
Hari Senin rating tidur pagi pasca subuh anak-anak lebih tinggi dari hari aktif beljar lainnya.
Hari Senin masih banyak yang nggak puasa dengan alasan yang mungkin diada-ada
Hari Senin menjadi hari yang berat bagi tim dapur karena mereka harus bekerja ganda.
“Pak, kayaknya sama aja, mereka diwajibkan puasa. Banyak yang masih minta makan ke dapur. Jadi double kerja. Capek,” ujar Pak Jaya, bagian dapur.
“Pokoknya jangan dikasih Pak. Itu sudah resiko mereka,” ujar Pak Adhi.
Kasihan tim dapur, mereka harus menginap di malam senin untuk mempersiapkan menu sahur besoknya. Tetapi mereka harus melayani permintaan makan siswa yang’membandel’ enggan menjalani puasa.

Hari Senin secara otomatis menjadi hari yang banyak siswa tidak bergabung menjalani aktifitas belajarnya.
Jujur saja, sering terjadi konfrontasi, apakah puasa sunah tetap harus dijalankan atau sebaliknya. Beruntung kami punya tim solid di asrama yang siap menjaga peraturan yang ada.
Ibarat Pertempuran Malaikat dan Setan, atau perang Bhatarayuda dalam kolosal Mahabharata. Sekali setan diberi kesempatan untuk menang, dengan meniadakan puasa sunnah. Maka mereka akan kegirangan sambil berteriak, “horeee. Aku menang, aku menang.”


Karena itu puasa sunnah ini harus selalu dikawal, jangan sampai gegara puasa banyak siswa yang tepar sehingga memunculkan istillah Senin Harinya Siswa Sakit. Sick Day, dan sejenisnya.

0 komentar:

Posting Komentar