TEPAR DAN SAKIT SENIN
Teman
boleh percaya boleh tidak bahwa di tempat kami ada waktu satu hari di mana
penyakit datang menyerang secara mendadak dan terus-terusan. Penyakit yang
menyerang sendi-sendi kehidupan dan menggoyang stabilitas pendidikan. Penyakit yang
mungkin kata guru merupakan kambuhan namun kata murid ini merupakan kesempatan.
“Dulu
saya pernah mnympahin Pak. Atas nama Allah, jika mereka hanya pura-pura sakit
maka keturunan mereka sampai mereka sendiri akan terkena sakit beneran, sulit
disembuhkkan,” cerita Pak Azis.
Masih
dari cerita Pak Azis bahwa cara itu cukup efektif. Sebab besoknya pas lagi
upacara tidak ada yang absen. Ikut semua.
Namun
karena ini namanya penyakit kambuhan maka rentan juga dengan kemunculannya
kembali. Buktinya?
Selama
bebarapa pekan terakhir, ada ajayang aijin sakit. Terus yang ijin itu tidak
hanya satu dua. Parahnya bisa mencapai angka lebih dari lima siswa. entah
sakitnya apa, yang pusing lah, demam lah, meriang lah, batuk pilek lah dan
banyak lagi lainnya.
Entah
ada hubungannya atau tidak, ada sambungannya atau tidak, faktor puasa bisa jadi
menjadi salah satu penyebabnya.
Memang
kita mewajibkan anak untuk puasa sunnah di hari Senin, dengan niatan mereka
terlatih dalam segala hal yang berkaitan dengan puasa. Terbiasa lapar seperti
layaknya mereka yang menderita kefakiran, terbiasa menahan diri dari segala
nafsu yang menggoda, terbiasa menjaga hal-hal yang membatalkan puasa, baik
secara lahiriahnya maupun batiniahnya, terbiasa dan terbiasa yang lainnya.
Dani
ini harus dimulai dari sahur yang notabene bangunnya lebih pagi dari biasanya.
Alhasil....
Hari
Senin rating tidur pagi pasca subuh anak-anak lebih tinggi dari hari aktif
beljar lainnya.
Hari
Senin masih banyak yang nggak puasa dengan alasan yang mungkin diada-ada
Hari
Senin menjadi hari yang berat bagi tim dapur karena mereka harus bekerja ganda.
“Pak,
kayaknya sama aja, mereka diwajibkan puasa. Banyak yang masih minta makan ke
dapur. Jadi double kerja. Capek,” ujar Pak Jaya, bagian dapur.
“Pokoknya
jangan dikasih Pak. Itu sudah resiko mereka,” ujar Pak Adhi.
Kasihan
tim dapur, mereka harus menginap di malam senin untuk mempersiapkan menu sahur
besoknya. Tetapi mereka harus melayani permintaan makan siswa yang’membandel’
enggan menjalani puasa.
Hari
Senin secara otomatis menjadi hari yang banyak siswa tidak bergabung menjalani
aktifitas belajarnya.
Jujur
saja, sering terjadi konfrontasi, apakah puasa sunah tetap harus dijalankan
atau sebaliknya. Beruntung kami punya tim solid di asrama yang siap menjaga
peraturan yang ada.
Ibarat
Pertempuran Malaikat dan Setan, atau perang Bhatarayuda dalam kolosal Mahabharata.
Sekali setan diberi kesempatan untuk menang, dengan meniadakan puasa sunnah. Maka
mereka akan kegirangan sambil berteriak, “horeee. Aku menang, aku menang.”
Karena
itu puasa sunnah ini harus selalu dikawal, jangan sampai gegara puasa banyak
siswa yang tepar sehingga memunculkan istillah Senin Harinya Siswa Sakit. Sick
Day, dan sejenisnya.
0 komentar:
Posting Komentar