Selasa, 18 Oktober 2016

SISI LAIN SANG JUARA PANAH SEKOLAH

SISI LAIN SANG JUARA PANAH SEKOLAH

Bicara, diskusi dan tukar pendapat dengan orangtua siswa selain menjadi kewajibanku sebagai seorang wali asrama juga menjadi hobiku. Hobi yang bisa memberiku suntikan informasi, lebih bisa menggali berbagai kondisi, latar belakang dan juga sisi lain dari murid-muridku yang tidak aku ketahui. Contohnya ya yang diceritakan oleh seorang ibu padaku beberapa waktu lalu. Tentang anak yang dia besarkan selama ini.
 
Pandai-pandailah memahami siswa didik
Tidak ada sedikitpun niat untuk membuka aib, menceritakan kejelekan atau apapun itu yang menjurus ke sana, hanya saja untuk referensi pribadi sekaligus rujukan buat para pengajar apalagi yang harus merangkap sebagai wali asrama sepertiku ini.
Bahwa kondisi fisik belum tentu mencerminkan apa yang ada di dalam hatinya. Kondisi yang saya maksud di sini bisa postur tubuh, struktur muka, gerak-gerik dan sejenisnya. Meski penilaian dari fisik itu perlu,  seperti kaidah dalam usul fiqih:
فَاحْكُمْ بِاالظَّوَاهِرِ وَلاَتَحْكُمْ بِالسَّرَائِرِ
“Maka hukumilah dengan apa yang tampak jangan menghukumi dengan apa yang masih samar.”


Tapi untuk memberi penilaian keseharian siswa, belum tentu harus seperti ini. Kadang ada anak yang mukanya sangar, cuek, tampak nakal eh pas dideketin dia berhati baik. kadang ada juga anak yang tampak penurut, pendiam, baik tapi di luar suka menjahilin orang lain. Kadang dan terkadang yang lainnya.

Sebut saja Zen, dengan postur tubuh tinggi tegap, badan gempal berotot bisa diprediksi dia adalah anak yang suka berolahraga, banyak gerak dan ikut beda diri. Right!
Dia adalah siswa andalan dalam hal panah memanah.
Tapi siapa sangka bahwa dia pernah bermasalah saat SD nya, suka ikut atau terbawa lingkungan yang kurang sehat, kumpul di warnet bareng kawan-kawannya dan mengambil “paksa’ celengan uang yang seharusnya ibunya simpan.
“Jadi, saya sudah menyiapkan tabungan “celengan” yang tergembok hasil santunan dari banyak orang. Niat hati untuk pembelian kebutuhan di masa depan. Eh pas lagi ada keperluan mendadak, sya buka itu celengan Zen. Ternyata uang nya hampir dipastikan kosong. Saya pikir dari mana dia mengambil uang yang terkunci seperti ini. Ternyata dia membuat lobang di bawah celengan untuk bisa dipergunakan diam-diam  dengan kawannya,” terang ibundanya.

Banyak hal yang bisa aku ambil dari cerita ibunya tersebut. Satu konsekuensi yang harus ibunya ambil setelah anaknya, Zen tersandung masalah rokok. Ya dia harus mendatangi sekolah karena ada panggilan yang harus didatangi, mengenai anaknya.

Jadi, pandai-pandailah dalam menyikapi kondisi anak. Hindari kebanyakan menjudge tanpa terlebih dahulu melihat akar masalahnya. Semoga kita jadi bapak yang baik bagi anak-anaknya. Amiiiin
Sukabumi, 17 Oktober 2016


0 komentar:

Posting Komentar