SISI
LAIN SANG JUARA PANAH SEKOLAH
Bicara, diskusi dan tukar pendapat dengan
orangtua siswa selain menjadi kewajibanku sebagai seorang wali asrama juga
menjadi hobiku. Hobi yang bisa memberiku suntikan informasi, lebih bisa
menggali berbagai kondisi, latar belakang dan juga sisi lain dari murid-muridku
yang tidak aku ketahui. Contohnya ya yang diceritakan oleh seorang ibu padaku
beberapa waktu lalu. Tentang anak yang dia besarkan selama ini.
Tidak ada sedikitpun niat untuk membuka
aib, menceritakan kejelekan atau apapun itu yang menjurus ke sana, hanya saja
untuk referensi pribadi sekaligus rujukan buat para pengajar apalagi yang harus
merangkap sebagai wali asrama sepertiku ini.
Bahwa kondisi fisik belum tentu
mencerminkan apa yang ada di dalam hatinya. Kondisi yang saya maksud di sini
bisa postur tubuh, struktur muka, gerak-gerik dan sejenisnya. Meski penilaian
dari fisik itu perlu, seperti kaidah dalam usul
fiqih:
فَاحْكُمْ بِاالظَّوَاهِرِ وَلاَتَحْكُمْ بِالسَّرَائِرِ
“Maka hukumilah
dengan apa yang tampak jangan menghukumi dengan apa yang masih samar.”
Tapi untuk
memberi penilaian keseharian siswa, belum tentu harus seperti ini. Kadang ada
anak yang mukanya sangar, cuek, tampak nakal eh pas dideketin dia berhati baik.
kadang ada juga anak yang tampak penurut, pendiam, baik tapi di luar suka
menjahilin orang lain. Kadang dan terkadang yang lainnya.
Sebut saja Zen,
dengan postur tubuh tinggi tegap, badan gempal berotot bisa diprediksi dia
adalah anak yang suka berolahraga, banyak gerak dan ikut beda diri. Right!
Dia adalah siswa andalan dalam hal panah memanah.
Dia adalah siswa andalan dalam hal panah memanah.
Tapi siapa sangka
bahwa dia pernah bermasalah saat SD nya, suka ikut atau terbawa lingkungan yang
kurang sehat, kumpul di warnet bareng kawan-kawannya dan mengambil “paksa’
celengan uang yang seharusnya ibunya simpan.
“Jadi, saya sudah
menyiapkan tabungan “celengan” yang tergembok hasil santunan dari banyak orang.
Niat hati untuk pembelian kebutuhan di masa depan. Eh pas lagi ada keperluan
mendadak, sya buka itu celengan Zen. Ternyata uang nya hampir dipastikan
kosong. Saya pikir dari mana dia mengambil uang yang terkunci seperti ini. Ternyata
dia membuat lobang di bawah celengan untuk bisa dipergunakan diam-diam dengan kawannya,” terang ibundanya.
Banyak hal yang
bisa aku ambil dari cerita ibunya tersebut. Satu konsekuensi yang harus ibunya
ambil setelah anaknya, Zen tersandung masalah rokok. Ya dia harus mendatangi
sekolah karena ada panggilan yang harus didatangi, mengenai anaknya.
Jadi,
pandai-pandailah dalam menyikapi kondisi anak. Hindari kebanyakan menjudge
tanpa terlebih dahulu melihat akar masalahnya. Semoga kita jadi bapak yang baik
bagi anak-anaknya. Amiiiin
Sukabumi, 17 Oktober 2016
0 komentar:
Posting Komentar