Kamis, 04 Juni 2020

Ojo Wedi Rabi – Nasehat Abah Yai Untuk Kaum Jomblo


Sowan pada Kyai, bertatap muka dan sambung silaturohim mungkin menjadi sesuatu yang spesial. Terkhusus orang spertiku yang masih santri. Orang santri biasa menyebutnya dengan ngalap barokah alias mengharap cipratan barokanya beliau-beliau yang secara garis, dekat hatinya dengan Gusti Allah. dari sana kita akan menemukan mutiara-mutiara hikmah yang kadang tidak kita dapati di belahan dunia manapun.  Seperti yang aku alami pagi ini, saat sowan pada Abah Yai Sun, salah satu kyai sepuh di Desa Pagerwojo, Perak.  Bersamaku ada Mbak Zah, putri sulung dari keluarga besar Bani Rohani, dan keluarganya, Mbak Yah, kakak ku nomor 5 bersama dua orang putranya, Farikh dan Ayil. Ada juga adekku, Hasim.  “Dulu waktu saya masih muda, tahun 1963 sudah mondok. Selesai tahun 1976. Nggak lama disuruh menikah sama Abah,” Abah Yai Sun mulai bercerita.  “Tak ada modal yang cukup selain satu keyakinan. Keyakinan akan dawuhe Gusti Allah dalam Al Qur’an, -Nahnu Qasamnaa bainahum ma’iisyatahum- Kamilah yang membagi di antara mereka penghidupan mereka.” Lanjut beliau. Banyak hal yang beliau sampaikan kepada kami, terutama pada para jomblo yang saat itu tentunya lebih ditujukan pada adekku Hasim yang sudah berumur dua enam tahun.  “Tak hanya itu, bahkan Gusti Allah dawuh, “Nahnu Narzuqukum – Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Jadi, kesimpulannya, Ojo Wedi Rabi!! Allah sampun andom rejeki. (Jangan takut menikah, karena jatah rejeki sudah diatur oleh-Nya,” panjang lebar beliau membekali kami.  “Tapi ingat...” beliau memberi peringatan.  “Keyakinan itu harus dibarengi dengan sebuah petunjuk dari Nabi melalui sabdanya, - Harrik Yadaka alias Obahno tanganmu!!” Yang secara Indonesia berarti Gerakkan tanganmu untuk bekerja. Jangan hanya bertpang dagu dan bermalas-malasan.  “Ngapain kerja. Kan rejeki sudah ada yang ngatur.”  Ek okk...  Itu pemikiran yang salah Cuyyy  Yang penting harus seimbang, antara ikhtiar, usaha dan doa.  Bagi yang sudah berumur dan siap menikah, menikahlah. Jangan ditunda  Dan jangan khawatir kagak bisa ngasih makan anak bini.  Ngawi, 06 Juni 2020.
Sowan pada Kyai, bertatap muka dan sambung silaturohim mungkin menjadi sesuatu yang spesial. Terkhusus orang spertiku yang masih santri. Orang santri biasa menyebutnya dengan ngalap barokah alias mengharap cipratan barokanya beliau-beliau yang secara garis, dekat hatinya dengan Gusti Allah. dari sana kita akan menemukan mutiara-mutiara hikmah yang kadang tidak kita dapati di belahan dunia manapun.

Seperti yang aku alami pagi ini, saat sowan pada Abah Yai Sun, salah satu kyai sepuh di Desa Pagerwojo, Perak.

Bersamaku ada Mbak Zah, putri sulung dari keluarga besar Bani Rohani, dan keluarganya, Mbak Yah, kakak ku nomor 5 bersama dua orang putranya, Farikh dan Ayil. Ada juga adekku, Hasim.

“Dulu waktu saya masih muda, tahun 1963 sudah mondok. Selesai tahun 1976. Nggak lama disuruh menikah sama Abah,” Abah Yai Sun mulai bercerita.

“Tak ada modal yang cukup selain satu keyakinan. Keyakinan akan dawuhe Gusti Allah dalam Al Qur’an, -Nahnu Qasamnaa bainahum ma’iisyatahum- Kamilah yang membagi di antara mereka penghidupan mereka.” Lanjut beliau. Banyak hal yang beliau sampaikan kepada kami, terutama pada para jomblo yang saat itu tentunya lebih ditujukan pada adekku Hasim yang sudah berumur dua enam tahun.

“Tak hanya itu, bahkan Gusti Allah dawuh, “Nahnu Narzuqukum – Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Jadi, kesimpulannya, Ojo Wedi Rabi!! Allah sampun andom rejeki. (Jangan takut menikah, karena jatah rejeki sudah diatur oleh-Nya,” panjang lebar beliau membekali kami.

“Tapi ingat...” beliau memberi peringatan.

“Keyakinan itu harus dibarengi dengan sebuah petunjuk dari Nabi melalui sabdanya, - Harrik Yadaka alias Obahno tanganmu!!” Yang secara Indonesia berarti Gerakkan tanganmu untuk bekerja. Jangan hanya bertpang dagu dan bermalas-malasan.

“Ngapain kerja. Kan rejeki sudah ada yang ngatur.”

Ek okk...

Itu pemikiran yang salah Cuyyy

Yang penting harus seimbang, antara ikhtiar, usaha dan doa.

Bagi yang sudah berumur dan siap menikah, menikahlah. Jangan ditunda

Dan jangan khawatir kagak bisa ngasih makan anak bini.

Ngawi, 06 Juni 2020.


0 komentar:

Posting Komentar