Jumat, 21 Oktober 2016

Khutbah: Belajar dari Kesalahan

Khutbah: Belajar dari Kesalahan

مقدّمة

Jama’ah Jum’ah ...
Tema khutbah kita kali ini adalah tentang Belajar dari Kesalahan.
Seiring perkembangan teknologi dewasa ini, segala kebutuhan dan keperluan bisa diselesaikan dengan mudah, jarak tempuh yang bermil-mil, ribuan bahkan jutaan mil bisa ditempuh tanpa harus susah payah. Informasi dari negeri paling ujung sekalipun bisa diakses tanpa harus pergi melangkah. Sebuah perkembangan teknologi yang luar biasa tentunya.
Amiiiiiiiiiiin
Tentu masih segar dalam ingatan kita, informasi di Indonesia yang booming dua bulan belakangan ini. Bagaimana masyarakat awam yang jumlahnya ribuan berbondong ingin mengambil jalan pintas menjadi kaya dengan mendatangi padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo misalnya, menggandakan kekayaan mereka, berguru kepadanya. Atau menjadi santri gaul mentereng dengan nyantri ke Padepokan Aa Gatot Brajamusti.
Tentu bukan fenomena itu yang akan kami bahas dan kami kupas. Toh keduanya telah berusrusan dengan pihak yang berwenang. Tapi sisi lain dari munculnya kasus tersebut. Ada apa dengan masyarakat Indonesia?

Bukankah kasus yang hampir serupa telah sering bermunculan? Adanya Nabi palsu yang menjanjikan keselamatan, dukun gadungan yang memberikan iming-iming kesehatan, atau kasus-kasus kupon berhadiah dengan jaminan kekayaan. Alhasil, lagi-lagi masyarakat kita pun banyak yang kena pasal UUD alias Ujung-ujungnya Ditipu. kenapa mereka tidak belajar dari kesalahan masa lalu?   
Di sinilah kita seharusnya belajar dari kesalahan.

Hadirin jamaah jumah.
Analogi di atas hanyalah sekelumit fakta tentang kesalahan dari sisi keduniaan. Sekarang bagaimana jika kesalahan itu dikaitkan dengan kesalahan yang kita lakukan antara kita dengan sang pencipta. Atau antara kita dengan sesama manusia?
Rosulullah SAW bersabda:
كلّ بـنـي آدم خطّاؤون ، وخير الــخطّائين الـــتوّابون
“Setiap anak Adam pasti pernah berbuat kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang mau bertaubat.”

Jama’ah Jum’ah ...
Tak satu pun dari kita yang bisa lepas dari kesalahan, baik kesalahan kecil maupun besar. Bila kita tak pernah melakukan kesalahan, ada baiknya kita melihat lagi langkah kita. Jangan-jangan kita tak melangkah setapak pun.
Kesalahan memang tidak mengenakkan. Namun, seseorang yang optimis lebih banyak belajar dari kesalahan daripada dari keberhasilan. Kesalahan menuntun kita untuk mempelajari kembali sesuatu yang terjadi. Bukan cuma itu, kesalahan mampu memimpin kita untuk mengambil sikap lebih baik.

Jama’ah Jum’ah ...
Kesalahan adalah kawan baik yang mengatakan dengan samar apa yang harus kita kerjakan. Lihatlah kesalahan apa adanya. Jauhkan prasangka, kesedihan, dan ratapan bila kesalahan menimpa kita. Karena, di balik kesalahan tersimpan kesempatan yang tersembunyi.
Nabi Adam As pernah melakukan kesalahan dengan melanggar pantangan yang Allah berikan. Pantangan berupa memakan buah khuldi. Toh akhirnya beliau bertaubat diri dan memohon ampunan kepada Allah SWT
Qaalaa Robbanaa..
Saat Nabi Nuh memohon kesalamatan untuk anaknya, Kan’an yang kafir. Allah segera menegurnya dan beliau segera menyadari kesalahan akan permintaannya.
Sejarah modern juga mencatat saat Columbus melakukan “kesalahan” yang besar dalam perjalanannya mencari jalur ke India, yaitu menemukan benua Amerika. Namun, bertahun-tahun kemudian, jutaan orang mengikuti “kesalahan” tersebut untuk menuai kemakmuran hidup mereka. Lalu, masihkah kita menganggapnya sebagai kesalahan?

Jamah’ah Jum’ah ...
Seberapa besar pun kesalahan kita, kita harus yakin bahwa Allah swt adalah Dzat yang Maha Pengampun.
Disebutkan dalam khobar, bahwa Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya seseorang diperintah untuk berjalan menuju neraka. Ketika orang tersebut mencapai sepertiga perjalanan, ia menoleh ke belakang. Lalu ia berjalan lagi. Ketika ia mencapai setengah perjalanan, ia menoleh lagi. Setelah itu ia berjalan kembali. Lalu, ketika ia telah mencapai dua pertiga perjalanan, ia kembali menoleh.
Melihat itu, Allah swt memerintahkan kepada malaikat untuk manahannya, lalu Allah swt menanyainya, mengapa ia menoleh.
Laki-laki itu menjawab:
“Saat aku mencapai sepertiga perjalanan, aku ingat firman Engkau yang berbunyi .....
وَرَبُّكَ الْغَفُوْرُ ذُوالرّحْمَةِ........ (الكَهف: 58)
(Dan Tuhanmu adalah Maha Pengampun lagi Mempunyai rahmat, al-Kahfi: 58). Maka aku berharap Engkau akan mengampuniku.
Lalu saat jalanku mencapai setengahnya, aku ingat firman Engkau yang berbunyi .....

وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا اللّهُ ..... (ال عمران: 135)
(Dan siapakah yang mampu memberi ampun selain Allah?, Ali ‘Imran: 135). Maka aku kembali berharap bahwa Engkau akan mengampuniku.
Kemudian, saat aku mencapai dua pertiga perjalanan menuju neraka, aku ingat pula akan firman Engkau yang berbunyi ..... (Katakanlah, “Wahai hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang., az-Zumar: 53). Dan aku pun sangat berharap bahwa Engkau akan mengampuniku.
Apa jawaban Allah setelah mendengar kata-kata orang itu?
Allah berfirman:
“Kembalilah. Sesungguhnya Aku telah mengampunimu.”

Hadirin..
Sebagai sebuah kesimpulan dari khutbah ini. Bahwa manusia apapun profesinya tidak akan terlepas dari yang namanya kesalahan.
Seorang petani mungkin pernah melakukan kesalahan saat memberikan pupuk tanaman atau memastikan cuaca yang pas untuk bercocok tanam.
Pedagang dalam menjual barang-barang jualan mereka.
Guru dalam memberikan pendidikan pada siswanya
Atau siswa yang bersalah terhadap pembimbingnya, atau mungkin saat mengisi soal yang diberikan gurunya. Dan kesemuanya pasti pernah melakukan kesalahan pada Allah SWT. Namun lagi-lagi hanya orang yang menyadari kesalahannya dan bertaubat  yang terbaik di mata Allah SWT. Semoga kita bisa menjadi orang yang mampu belajar dari kesalahan, memperbaikinya dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. amiiiiin.


بارك الله لـي .....

0 komentar:

Posting Komentar