Khutbah:
Belajar dari Kesalahan
مقدّمة
Jama’ah
Jum’ah ...
Tema khutbah kita kali ini adalah tentang Belajar dari Kesalahan.
Seiring
perkembangan teknologi dewasa ini, segala kebutuhan dan keperluan bisa
diselesaikan dengan mudah, jarak tempuh yang bermil-mil, ribuan bahkan jutaan
mil bisa ditempuh tanpa harus susah payah. Informasi dari negeri paling ujung
sekalipun bisa diakses tanpa harus pergi melangkah. Sebuah perkembangan
teknologi yang luar biasa tentunya.
Amiiiiiiiiiiin |
Tentu masih segar dalam ingatan kita, informasi di Indonesia yang
booming dua bulan belakangan ini. Bagaimana masyarakat awam yang jumlahnya
ribuan berbondong ingin mengambil jalan pintas menjadi kaya dengan mendatangi
padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo misalnya, menggandakan kekayaan mereka,
berguru kepadanya. Atau menjadi santri gaul mentereng dengan nyantri ke
Padepokan Aa Gatot Brajamusti.
Tentu bukan fenomena itu yang akan kami bahas dan kami kupas. Toh
keduanya telah berusrusan dengan pihak yang berwenang. Tapi sisi lain dari
munculnya kasus tersebut. Ada apa dengan masyarakat Indonesia?
Bukankah kasus yang hampir serupa telah sering bermunculan? Adanya Nabi
palsu yang menjanjikan keselamatan, dukun gadungan yang memberikan iming-iming
kesehatan, atau kasus-kasus kupon berhadiah dengan jaminan kekayaan. Alhasil,
lagi-lagi masyarakat kita pun banyak yang kena pasal UUD alias Ujung-ujungnya
Ditipu. kenapa mereka tidak belajar dari kesalahan masa lalu?
Di sinilah
kita seharusnya belajar dari kesalahan.
Hadirin jamaah
jumah.
Analogi di
atas hanyalah sekelumit fakta tentang kesalahan dari sisi keduniaan. Sekarang
bagaimana jika kesalahan itu dikaitkan dengan kesalahan yang kita lakukan
antara kita dengan sang pencipta. Atau antara kita dengan sesama manusia?
Rosulullah SAW
bersabda:
كلّ بـنـي آدم خطّاؤون ، وخير
الــخطّائين الـــتوّابون
“Setiap anak Adam pasti
pernah berbuat kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah
orang yang mau bertaubat.”
Jama’ah Jum’ah
...
Tak satu pun dari kita yang bisa lepas dari kesalahan, baik kesalahan
kecil maupun besar. Bila kita tak pernah melakukan kesalahan, ada baiknya kita
melihat lagi langkah kita. Jangan-jangan kita tak melangkah setapak pun.
Kesalahan memang tidak mengenakkan. Namun, seseorang yang optimis lebih
banyak belajar dari kesalahan daripada dari keberhasilan. Kesalahan menuntun
kita untuk mempelajari kembali sesuatu yang terjadi. Bukan cuma itu, kesalahan
mampu memimpin kita untuk mengambil sikap lebih baik.
Jama’ah
Jum’ah ...
Kesalahan adalah kawan baik yang mengatakan dengan samar apa yang harus
kita kerjakan. Lihatlah kesalahan apa adanya. Jauhkan prasangka, kesedihan, dan
ratapan bila kesalahan menimpa kita. Karena, di balik kesalahan tersimpan
kesempatan yang tersembunyi.
Nabi Adam As pernah melakukan kesalahan dengan melanggar pantangan yang
Allah berikan. Pantangan berupa memakan buah khuldi. Toh akhirnya beliau
bertaubat diri dan memohon ampunan kepada Allah SWT
Qaalaa Robbanaa..
Saat Nabi Nuh memohon kesalamatan untuk anaknya, Kan’an yang kafir.
Allah segera menegurnya dan beliau segera menyadari kesalahan akan
permintaannya.
Sejarah modern juga mencatat saat Columbus melakukan “kesalahan” yang
besar dalam perjalanannya mencari jalur ke India, yaitu menemukan benua
Amerika. Namun, bertahun-tahun kemudian, jutaan orang mengikuti “kesalahan”
tersebut untuk menuai kemakmuran hidup mereka. Lalu, masihkah kita menganggapnya
sebagai kesalahan?
Jamah’ah
Jum’ah ...
Seberapa besar pun kesalahan kita, kita harus yakin bahwa Allah swt
adalah Dzat yang Maha Pengampun.
Disebutkan dalam khobar, bahwa Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya
seseorang diperintah untuk berjalan menuju neraka. Ketika orang tersebut
mencapai sepertiga perjalanan, ia menoleh ke belakang. Lalu ia berjalan lagi.
Ketika ia mencapai setengah perjalanan, ia menoleh lagi. Setelah itu ia
berjalan kembali. Lalu, ketika ia telah mencapai dua pertiga perjalanan, ia
kembali menoleh.
Melihat itu,
Allah swt memerintahkan kepada malaikat untuk manahannya, lalu Allah swt
menanyainya, mengapa ia menoleh.
Laki-laki itu
menjawab:
“Saat aku
mencapai sepertiga perjalanan, aku ingat firman Engkau yang berbunyi .....
وَرَبُّكَ الْغَفُوْرُ ذُوالرّحْمَةِ........ (الكَهف:
58)
(Dan Tuhanmu adalah Maha Pengampun lagi Mempunyai rahmat,
al-Kahfi: 58). Maka aku berharap Engkau akan mengampuniku.
Lalu saat
jalanku mencapai setengahnya, aku ingat firman Engkau yang berbunyi .....
وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا اللّهُ ..... (ال
عمران: 135)
(Dan siapakah yang mampu memberi ampun selain Allah?, Ali ‘Imran:
135). Maka aku kembali berharap bahwa Engkau akan mengampuniku.
Kemudian, saat
aku mencapai dua pertiga perjalanan menuju neraka, aku ingat pula akan firman
Engkau yang berbunyi ..... (Katakanlah, “Wahai hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang., az-Zumar: 53). Dan aku pun sangat berharap
bahwa Engkau akan mengampuniku.
Apa jawaban Allah
setelah mendengar kata-kata orang itu?
Allah
berfirman:
“Kembalilah.
Sesungguhnya Aku telah mengampunimu.”
Hadirin..
Sebagai sebuah
kesimpulan dari khutbah ini. Bahwa manusia apapun profesinya tidak akan terlepas
dari yang namanya kesalahan.
Seorang petani
mungkin pernah melakukan kesalahan saat memberikan pupuk tanaman atau
memastikan cuaca yang pas untuk bercocok tanam.
Pedagang dalam
menjual barang-barang jualan mereka.
Guru dalam
memberikan pendidikan pada siswanya
Atau siswa
yang bersalah terhadap pembimbingnya, atau mungkin saat mengisi soal yang
diberikan gurunya. Dan kesemuanya pasti pernah melakukan kesalahan pada Allah
SWT. Namun lagi-lagi hanya orang yang menyadari kesalahannya dan bertaubat yang terbaik di mata Allah SWT. Semoga kita
bisa menjadi orang yang mampu belajar dari kesalahan, memperbaikinya dan
menjadi lebih baik dari sebelumnya. amiiiiin.
0 komentar:
Posting Komentar