SAAT JIWA ANAK RAPUH
“Entah
kenapa ya Pak, nggak biasanya seperti ini. Tapi beginilah keadaannya,” seorang
wali murid meluapkan curahan hatinya padaku.
Sebagai
guru, aku haruslah pandai mendengar, meski tak harus melulu memberi solusi.
Harus pandai memberi perhatian lebih meski tak harus melulu menerapkan apa yang
dipintanya, karena sekolah sudah mempunyai aturan tersendiri.
setiap anak mempunyai karakter unik tersendiri |
“Kalau
saya sendiri nggak pernah menyangka Pak, dia rapuh seperti itu. Saya pikir
diamnya dia beberapa hari ini karena memang dia seorang pendiam. Eh
ternyata,....” ujarku menimpali.
Diskusi
kami berlanjut pada hal-hal yang sensitif lainnya, perihal keseharian di
sekolah, kenakalan dan kekocakan anak-anak hingga program ibadah dan tahfizh.
Sehingga mencapai kesimpulan bahwa bully yang dia dapat dari teman-temannya
akibat kesenjangan status pemakaian handphone. Ya, teman-temannya merasa jika
si F dianak emaskan karena bolehnya dia membawa HP, sementara yang lain tidak.
Hp kawan-kawannya banyak yang dirampas sementara si F bebas disimpan oleh guru
dengan pemakaian di waktu-waktu tertentu.
Kasusnya
mungkin sederhana saja, aturan larangan membawa HP di sekolah sedikit
dilonggarin. Boleh membawa HP asal dititipkan ke guru, sementara longgarnya
aturan ini tidak diamini oleh mufakat guru lainnya. Jadi ya, tumpang tindih.
Dari sinilah muncul celah yang bisa dimanfaatkan satu dua orang untuk
memojokkan yang lain.
Jujur
aku begitu bersyukur dihadapkan dengan banyak masalah di sini, karena masalah
bukan untuk dihindari, tapi harus dihadapi. Masalah bukan membuat kita makin
kerdil, namun sebaliknya menjadi jembatan untuk bisa lebih dewasa.
Dan
begitulah Al Araf adanya, ada masalah rokok yang bikin heboh, ada masalah
pencurian, anak dibully dan banyak lagi. Belum lagi jika ngomongin soal
kedisiplinan, kebiasaan molor, menunda-nunda kebaikan dan kecenderungan
menokohkan tokoh yang sepantasnya.
Hiphopers
dengan pakaian kaos lengan pendek, celana jins dan topi diputar belakang.
Hiphopers
dengan segudang hafalan lagu, bernyanyi di segala tempat tanpa lihat kondisi.
Padahal
yang seharusnya pakaian haruslah Islami atau minimal rapi, hafalan bukannya
lagu-lagu tapi murottal atau nggak nasyid islami.
Tapi
begitulah nyatanya.
Begitulah
keadaannya.
Lagi-lagi
karena masalah haruslah dihadapi, satu persatu masalah itu alhamdulillah bisa
teratasi. Termasuk kasus anak yang merasa dibully.
Aku
jadi teringat rapat yang digagas oleh kepsek sebagai ajang pertemuan rutin guru
di hari Selasa. Saat itu Pak Solikin, konsultan pendidikan Al Araf bilang kalau
dalam menghadapi anak diperlukan 3 hal,
Pertama,
kenali karakter siswa.
Kedua,
kenali kepribadian mereka.
Ketiga,
masuk dalam dunia mereka.
“Coba
kita turunkan frekuensi penilaian kita terhadap anak. Karena anak kadang tidak
mempunyai pandangan yang sama dengan kita, supaya saling menyambung, dan
sinkron” ujar beliau mengingatkan.
Benar
tidaknya, kembali pada masing-masing guru sebagai tenaga pendidik yang
berkecimpung di dunia anak. Yang aku fahami dari berbagai pandangan yang masuk,
kita harus pandai-pandai menempatkan diri di hadapan anak, kapan kita harus
tegas, kapan harus lunak. Kapan memposisikan diri sebagai kawan kapan juga
sebagai guru.
Terlepas
dari itu semua, sekolah sebagai lembaga pendidikan dilarang keras menjudge
anak dengan sebutan negatif semisal siswa nakal, siswa bandel, dan sejenisnya. Karena
siswa mempunyai keunikan tersendiri.
Film
Taree Zamee Paar menjadi contoh konkret bagaimana melejitkan siswa yang bisa
dikatakan bermaslah menjadi berprestasi. Butuh guru berkarakter Amir Khan
seperti dalam film tersebut.
Ketika
anak dalam kondisi rapuh dan down, maka dibutuhkan uuran tangan dan pertolongan
serta perlindungan.
“Kalau
bisa anak saya dirangkul pak, bukan dihakimi. Saya percaya sekolah ini
mempunyai pengelolaan pendidikan yang teruji,” seorang ibu memberi pesan
kepadaku setelah secara panjang lebar menerangkan karakter unik yang dimiliki
anaknya.
Jadi,
segera pastikan kenyamanan anak yang belajar. Tidak semua anak mempunyai sifat
cuek, tidak juga semua anak memiliki sifat pemberani. Ada di antara mereka yang
perasa, sedikit saja disentil akan menusuk ke hatinya yang menyebabkan dirinya
mudah jatuh dan patah semangat.
Temukan
penyebabnya lalu selesaikan dengan sebaik-baiknya.
Sukabumi, 09 Oktober 2016
0 komentar:
Posting Komentar