Minggu, 09 Oktober 2016

SAAT JIWA ANAK RAPUH

SAAT JIWA ANAK RAPUH

“Entah kenapa ya Pak, nggak biasanya seperti ini. Tapi beginilah keadaannya,” seorang wali murid meluapkan curahan hatinya padaku.
Sebagai guru, aku haruslah pandai mendengar, meski tak harus melulu memberi solusi. Harus pandai memberi perhatian lebih meski tak harus melulu menerapkan apa yang dipintanya, karena sekolah sudah mempunyai aturan tersendiri.
setiap anak mempunyai karakter unik tersendiri
“Kalau saya sendiri nggak pernah menyangka Pak, dia rapuh seperti itu. Saya pikir diamnya dia beberapa hari ini karena memang dia seorang pendiam. Eh ternyata,....” ujarku menimpali.
Diskusi kami berlanjut pada hal-hal yang sensitif lainnya, perihal keseharian di sekolah, kenakalan dan kekocakan anak-anak hingga program ibadah dan tahfizh. Sehingga mencapai kesimpulan bahwa bully yang dia dapat dari teman-temannya akibat kesenjangan status pemakaian handphone. Ya, teman-temannya merasa jika si F dianak emaskan karena bolehnya dia membawa HP, sementara yang lain tidak. Hp kawan-kawannya banyak yang dirampas sementara si F bebas disimpan oleh guru dengan pemakaian di waktu-waktu tertentu.


Kasusnya mungkin sederhana saja, aturan larangan membawa HP di sekolah sedikit dilonggarin. Boleh membawa HP asal dititipkan ke guru, sementara longgarnya aturan ini tidak diamini oleh mufakat guru lainnya. Jadi ya, tumpang tindih. Dari sinilah muncul celah yang bisa dimanfaatkan satu dua orang untuk memojokkan yang lain.

Jujur aku begitu bersyukur dihadapkan dengan banyak masalah di sini, karena masalah bukan untuk dihindari, tapi harus dihadapi. Masalah bukan membuat kita makin kerdil, namun sebaliknya menjadi jembatan untuk bisa lebih dewasa.
Dan begitulah Al Araf adanya, ada masalah rokok yang bikin heboh, ada masalah pencurian, anak dibully dan banyak lagi. Belum lagi jika ngomongin soal kedisiplinan, kebiasaan molor, menunda-nunda kebaikan dan kecenderungan menokohkan tokoh yang sepantasnya.
Hiphopers dengan pakaian kaos lengan pendek, celana jins dan topi diputar belakang.
Hiphopers dengan segudang hafalan lagu, bernyanyi di segala tempat tanpa lihat kondisi.
Padahal yang seharusnya pakaian haruslah Islami atau minimal rapi, hafalan bukannya lagu-lagu tapi murottal atau nggak nasyid islami.
Tapi begitulah nyatanya.
Begitulah keadaannya.

Lagi-lagi karena masalah haruslah dihadapi, satu persatu masalah itu alhamdulillah bisa teratasi. Termasuk kasus anak yang merasa dibully.
Aku jadi teringat rapat yang digagas oleh kepsek sebagai ajang pertemuan rutin guru di hari Selasa. Saat itu Pak Solikin, konsultan pendidikan Al Araf bilang kalau dalam menghadapi anak diperlukan 3 hal,
Pertama, kenali karakter siswa.
Kedua, kenali kepribadian mereka.
Ketiga, masuk dalam dunia mereka.
“Coba kita turunkan frekuensi penilaian kita terhadap anak. Karena anak kadang tidak mempunyai pandangan yang sama dengan kita, supaya saling menyambung, dan sinkron” ujar beliau mengingatkan.

Benar tidaknya, kembali pada masing-masing guru sebagai tenaga pendidik yang berkecimpung di dunia anak. Yang aku fahami dari berbagai pandangan yang masuk, kita harus pandai-pandai menempatkan diri di hadapan anak, kapan kita harus tegas, kapan harus lunak. Kapan memposisikan diri sebagai kawan kapan juga sebagai guru.

Terlepas dari itu semua, sekolah sebagai lembaga pendidikan dilarang keras menjudge anak dengan sebutan negatif semisal siswa nakal, siswa bandel, dan sejenisnya. Karena siswa mempunyai keunikan tersendiri.
Film Taree Zamee Paar menjadi contoh konkret bagaimana melejitkan siswa yang bisa dikatakan bermaslah menjadi berprestasi. Butuh guru berkarakter Amir Khan seperti dalam film tersebut.
Ketika anak dalam kondisi rapuh dan down, maka dibutuhkan uuran tangan dan pertolongan serta perlindungan.
“Kalau bisa anak saya dirangkul pak, bukan dihakimi. Saya percaya sekolah ini mempunyai pengelolaan pendidikan yang teruji,” seorang ibu memberi pesan kepadaku setelah secara panjang lebar menerangkan karakter unik yang dimiliki anaknya.

Jadi, segera pastikan kenyamanan anak yang belajar. Tidak semua anak mempunyai sifat cuek, tidak juga semua anak memiliki sifat pemberani. Ada di antara mereka yang perasa, sedikit saja disentil akan menusuk ke hatinya yang menyebabkan dirinya mudah jatuh dan patah semangat.
Temukan penyebabnya lalu selesaikan dengan sebaik-baiknya.

Sukabumi, 09 Oktober 2016

0 komentar:

Posting Komentar