POLEMIK DKM Masjid Al Hafizh
Komunikasi
menjadi sesuatu yang amat penting saat ini, apalagi jika itu berkaitan dengan
hubungan antara manusia. Komunikasi dapat menjadi alat penyambung sekaligus
perekat silaturohmi. Komunikasi bisa menjadi penerang terhadap perkara yang
terlihat samar. Dengan komunikasi tak akan muncul rasa saling mencurigai, buruk
sangka ataupun rasa iri. Karena dia menjelaskan semuanya.
Tanpa
komunikasi yang jelas, sebuah permasalahan akan menjadi runyam tiada terarah.
Berawal
dari laporan yang aku terima dari Bu Endan.
“Sekarang
ketua DKM Masjid Al Hafizh siapa?” tanya beliau.
Aku
yang baru bergabung lagi ke Al Araf hanya bisa geleng kepala tanda tak tahu.
“Padahal
setiap jumat kan masjid dapat pemasukan, eh kemarin pas ada kegiatan Maulid
katanya masjid tidak memiliki kas, kosong. Jadi we ibu nombokin sampai 150an
ribu,”jelas beliau panjang lebar.
Dari
sanalah baru aku mencari informasi.
Tentang kepemimpinan dan kepengurusan
masjid sepeninggalku.
Dari
bu Lia aku dapat kabar, kalau Pak Andi adalah orang terakhir yang memimpin
masjid sebelum resign pada tahun ajaran baru ini. Seliwer-seliwer yang
aku dengar keuangan ada di Pak Dudi.
Beruntung
aku bisa ketemu Pak Dudi, yang jadi tranding topic belakangan ini.
“Kata
pak Andi buku kas masjid yang dulu antum kasih, sudah ditaruh di meja ane di
kantor. Tapi entah sekarang di mana,” ujar pak Dudi saat aku mintai konfirmasi.
Padahal
dari sana, aku bisa menelusuri aliran dana yang “katanya” hilang diselewengkan.
Raib layaknya siluman.
Entah
harus bagaimana lagi.
Ujung-ujungnya
keropak masjid yang biasa diedarkan saat menjelang jumatan diberhentikan.
Tak
berhenti sampai keropak saja, khatib Jumah juga kena imbasnya. Sebut saja Pak
soleh, yang katanya kurang jelas saat berkhutbah, Mang Wandi yang katanya
terlalu singkat saat melakukan hal yang sama.
Belum
lagi jadwal khutbah yang main tembak.
Aku
yang baru tiba hari Kamis, besoknya menjelang berangkat ke masjid ditunjuk jadi
khotib, padahal Pak Arman sudah siap jauh-jauh hari sebelumnya. jumat selanjutnya
Pak Yano aman. Jumat ketiga giliran Pak Soleh diganti Pak Avep, itu juga
setelah aku menolak untuk dijadikan khatib dadakan lagi.
Alhasil,
kembali pada perkara awal, apapun intrik yang ada, bagaimanapun polemik yang
mengemuka. Komunikasi menjadi perkara yang harusnya paling utama. Selain
mencegah munculnya prasangka, juga hubungan antar manusia tetap terjaga.
Semoga
polemik ini tidak terlalu lama dan bisa ditemukan solusinya. Amiiiin
Smpit Al A’raf, 30 Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar