Selasa, 23 Agustus 2016

KEMERDEKAAN, SANTRI & SISWA MASA KINI

KEMERDEKAAN, SANTRI & SISWA MASA KINI

Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan sebuah materi yang bertemakan tentang kemerdekaan, santri dan siswa masa kini. Mengingat saat ini bulan Agustus masih membersamai kita hingga kurang lebih seminggu ke depan. Sebuah bulan yang mengingatkan kita akan kemerdekaan yang diraih 71 tahun silam.
Santri SMPIT Al Araf
Kemerdekaan tidaklah diraih dengan mudah tanpa perjuangan, tidak pula diraih dengan angan-angan atau hanya sekedar berpangku tangan. Namun kemerdekaan diraih dengan tetesan darah para pejuang, harta bahkan nyawa yang harus dikorbankan. Sejarah mencatat bahwa di antara kelompok-kelompok pejuang zaman dahulu, kaum santri menjadi kaum yang paling ditakuti oleh penjajah Belanda.

Siapa sih para santri itu?
Kenapa mereka sampai ditakuti?


Ada seorang santri dari tanah Jawa, Abdul Hamid namanya. Lahir di Tegalrejo Jogjakarta. Mondok pertama kali di Tegalsari, Jetis Ponorogo, kepada KH. Hasan Besari, seorang ulama peletak dasar berdirinya Pondok Modern Gontor yang amat terkenal, yang cabangnya saja mencapai 21 di Propinsi seluruh Indonesia.
Abdul Hamid muda juga belajar kitab kuning kepada Kyai Taftazani, Kertosuro. Ngaji Tafsir Jalalain kepada KH. Baidhowi Bagelan, Bantul Jogja dan menyempurnakan ilmu hikmah kepada KH. Nur Muhammad, Sleman Magelang.

Abdul Hamid sangat berani dalam melawan Belanda, 5 tahun berperang dari 1825-1830. Beliau wafat dan dikebumikan di Makassar dekat pantai Losari, beliau merupakan putra dari Sultan Hamengkubuwono III.
Jika kalian berjalan ke alun-alun Kota Magelang, kalian akan menenemukan beliau diabadikan sebagai patung dengan mengenakan jubah, menghunus keris sambil mengendarai kuda. Nama beliau menjadi nama universitas sekaligus nama Kodam di Jawa tengah.
Kalian tahu siapa beliau?
Ya betul sekali, Pangeran Diponegoro.

Belanda begitu resah menghadapi perang ini, dalam kurun waktu 5 tahun mereka kehabisan kas negara, bahkan sampai punya hutang luar negeri segala.

Nama aslinya Abdul Hamid, dikenal denganPangeran Diponegoro. Adapun nama lengkapnya KH. Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayidin Pranotogomo Amirul Mu’minin Khalifatullah Tanah Jawi  Pangeran diponegoro Pahlawan Goa Selarong.

Peninggalan beliau masih ada hingga sekarang, tersimpan rapi di kamar beliau: Al Quran, tasbih dan Kitab Taqrib daerah Magelang.
Kenapa Al Quran? Karena beliau adalah seorang mujahid beragama Islam.
Kenapa Tasbih? Karena, di samping pejuang beliau rajin berdzikir.
Kenapa Kitab Taqriib? Karena beliau penganut mazhab Syafi’i. Peninggalan beliau ini tercermin dalam pondok-pondok pesantren.

Dulu ada tokoh pendidikan namanya Douwes Dekker. Siapakah beliau?
Danudirja Setiabudi.
Mereka yang belajar sejarah, tahu betul leluhur Douwes Dekker adalah seorang berkebangsaan Belanda tulen. Beliau sengaja dikirim ke Indonesia untuk menghancurkan bangsa. Namun ternyata, angin berhembus ke arah yang lain.
Kedekatan pada dunia pesantren, santri dan kyai menyebabkan dia berpihak pada bangsa Indonesia. Bahkan kecintaan pada Indonesia melebihi bangsa kita sendiri.
“Kalau tidak ada kyai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan,” ujar beliau.

Tak hanya Dipenogero, atau Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) itu juga santri. Beliau mesantren di Kalasan,  Prambanan pada Romo Kyai Sulaiman Zainudin. Akhirnya beliau diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional.
Sayangnya, sejarah Ki Hajar Dewantara mengaji Al Quran tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah, yang diterangkan hanya,
Ing Ngarso Sun Tulodo
Ing Madyo Mangun Karso
Tut Wuri Handayani

Sayyid Husein Al Muthahar adalah cucu keturunan baginda Rasulullah. Beliau juga santri. Mungkin sejarah jarang mengungkap kepahlawanan beliau, namun sebenarnya beliaulah yang pertama kali mengajar bangsa Indonesia untuk bersyukur melalui lagunya yang terkenal.

Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karunia-Mu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadirat-Mu Tuhan

Akhirnya beliau dipercaya menjadi duta besar di Vatikan, negara berpenduduk Katholik. Hebatnya beliau tidak larut dengan kondisi yang ada, bahkan beliau berhasil membangun rumah ibadah di sana. Sayup-sayup saat mendengar adzan beliau terdorong untuk membuat lagu yang mempunyai lagu yang cengkoknya mirip dengan adzan. Maka terciptalah lagu 17 Agustus Tahun 45.

Dan tentu masih banyak lagi kehebatan-kehebatan santri yang mempunyai kontribusi dalam kemerdekaan Indonesia.

Kembali pada pertanyaan di atas, siapakah santri itu?
Apa bedanya dengan siswa masa kini?
orang yang menimba ilmu, belajar di pondok pesantren mereka itulah santri. Serupa dengan siswa dan murid di sekolah atau mahasiswa di perguruan tinggi.
Yang menjadi perbedaan secara umum adalah tempat dan kegiatan yang diadakan di dalamnya. Materi di pondok pesantren lebih banyak pada materi agama, seperti kitab kuning, tafsir, kajian islam, al quran dan praktikum-praktikum ibadah. Sementara sekolah lebih banyak melahap ilmu-ilmu umum dengan porsi agama yang sedikit. Meski tak menutup kemungkinan banyaknya sekolah yang menyeimbangkan materi agama dan umum atau bahkan hampir meyerupai pendidikan di pesantren, seperti sekolah bebasis boarding, madrasah dan sejenisnya.
Namun lagi-lagi tempat dan lokasi menjadi pembeda antara keduanya.

Keduanya sama-sama menuntut ilmu. Dan alanngkah beruntungnya orang yang bisa menyeimbangkan keduanya, sehingga dunia dapat, akhirat juga dapat.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَالْأَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (الحديث)
Barang siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dia berilmu, barangsiapa menghendaki akhirat maka dia harus berilmu dan barangsiapa menghendaki keduanya maka dia juga harus berilmu.
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Jadi dari sini dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa santri dengan wadahnya yang bernama pesantren merupakan basis munculnya pendidikan-pendidikan yang ada dewasa ini. Keberadaan mereka menandai perjuangan yang pada akhirnya berbuah pada kemerdekaan. Seiring perkembangan zaman, sekolah-sekolah pun bermunculan. Generasi demi generasi datang silih berganti, sebagai pewaris sekaligus pengisi kemerdekaan yang dahulu telah diperjuangkan.
Sehingga menjadi kewajiban bagi penuntut ilmu untuk selalu belajar tidak hanya pelajaran tentang umum belaka, tapi juga harus diimbangi dengan ilmu agama.


SMPIT AL ARAF, 23 Agustus 2016

0 komentar:

Posting Komentar