KEMERDEKAAN,
SANTRI & SISWA MASA KINI
Pada kesempatan kali ini saya akan
menyampaikan sebuah materi yang bertemakan tentang kemerdekaan, santri dan
siswa masa kini. Mengingat saat ini bulan Agustus masih membersamai kita
hingga kurang lebih seminggu ke depan. Sebuah bulan yang mengingatkan kita akan
kemerdekaan yang diraih 71 tahun silam.
Santri SMPIT Al Araf |
Kemerdekaan tidaklah diraih dengan mudah
tanpa perjuangan, tidak pula diraih dengan angan-angan atau hanya sekedar
berpangku tangan. Namun kemerdekaan diraih dengan tetesan darah para pejuang,
harta bahkan nyawa yang harus dikorbankan. Sejarah mencatat bahwa di antara
kelompok-kelompok pejuang zaman dahulu, kaum santri menjadi kaum yang paling
ditakuti oleh penjajah Belanda.
Siapa sih para santri itu?
Kenapa mereka sampai ditakuti?
Ada seorang santri dari tanah Jawa, Abdul
Hamid namanya. Lahir di Tegalrejo Jogjakarta. Mondok pertama kali di
Tegalsari, Jetis Ponorogo, kepada KH. Hasan Besari, seorang ulama
peletak dasar berdirinya Pondok Modern Gontor yang amat terkenal, yang
cabangnya saja mencapai 21 di Propinsi seluruh Indonesia.
Abdul Hamid muda juga belajar kitab kuning
kepada Kyai Taftazani, Kertosuro. Ngaji Tafsir Jalalain kepada KH.
Baidhowi Bagelan, Bantul Jogja dan menyempurnakan ilmu hikmah kepada KH.
Nur Muhammad, Sleman Magelang.
Abdul Hamid sangat berani dalam melawan
Belanda, 5 tahun berperang dari 1825-1830. Beliau wafat dan dikebumikan di
Makassar dekat pantai Losari, beliau merupakan putra dari Sultan
Hamengkubuwono III.
Jika kalian berjalan ke alun-alun Kota
Magelang, kalian akan menenemukan beliau diabadikan sebagai patung dengan
mengenakan jubah, menghunus keris sambil mengendarai kuda. Nama beliau menjadi
nama universitas sekaligus nama Kodam di Jawa tengah.
Kalian tahu siapa beliau?
Ya betul sekali, Pangeran Diponegoro.
Belanda begitu resah menghadapi perang ini,
dalam kurun waktu 5 tahun mereka kehabisan kas negara, bahkan sampai punya
hutang luar negeri segala.
Nama aslinya Abdul Hamid, dikenal
denganPangeran Diponegoro. Adapun nama lengkapnya KH. Bendoro Raden Mas
Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayidin Pranotogomo
Amirul Mu’minin Khalifatullah Tanah Jawi
Pangeran diponegoro Pahlawan Goa Selarong.
Peninggalan beliau masih ada hingga sekarang,
tersimpan rapi di kamar beliau: Al Quran, tasbih dan Kitab Taqrib daerah
Magelang.
Kenapa Al Quran? Karena beliau adalah seorang
mujahid beragama Islam.
Kenapa Tasbih? Karena, di samping pejuang
beliau rajin berdzikir.
Kenapa Kitab Taqriib? Karena beliau penganut
mazhab Syafi’i. Peninggalan beliau ini tercermin dalam pondok-pondok pesantren.
Dulu ada tokoh pendidikan namanya Douwes
Dekker. Siapakah beliau?
Danudirja Setiabudi.
Mereka yang belajar sejarah, tahu betul
leluhur Douwes Dekker adalah seorang berkebangsaan Belanda tulen. Beliau
sengaja dikirim ke Indonesia untuk menghancurkan bangsa. Namun ternyata, angin
berhembus ke arah yang lain.
Kedekatan pada dunia pesantren, santri dan
kyai menyebabkan dia berpihak pada bangsa Indonesia. Bahkan kecintaan pada
Indonesia melebihi bangsa kita sendiri.
“Kalau tidak ada kyai dan pondok pesantren,
maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan,” ujar beliau.
Tak hanya Dipenogero, atau Douwes Dekker, Ki
Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) itu juga santri. Beliau mesantren di
Kalasan, Prambanan pada Romo Kyai Sulaiman
Zainudin. Akhirnya beliau diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional.
Sayangnya, sejarah Ki Hajar Dewantara mengaji
Al Quran tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah, yang diterangkan hanya,
Ing Ngarso Sun Tulodo
Ing Madyo Mangun Karso
Tut Wuri Handayani
Sayyid Husein Al Muthahar adalah cucu keturunan baginda Rasulullah.
Beliau juga santri. Mungkin sejarah jarang mengungkap kepahlawanan beliau,
namun sebenarnya beliaulah yang pertama kali mengajar bangsa Indonesia untuk
bersyukur melalui lagunya yang terkenal.
Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karunia-Mu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadirat-Mu Tuhan
Akhirnya beliau dipercaya menjadi duta besar
di Vatikan, negara berpenduduk Katholik. Hebatnya beliau tidak larut dengan
kondisi yang ada, bahkan beliau berhasil membangun rumah ibadah di sana. Sayup-sayup
saat mendengar adzan beliau terdorong untuk membuat lagu yang mempunyai lagu
yang cengkoknya mirip dengan adzan. Maka terciptalah lagu 17 Agustus Tahun
45.
Dan tentu masih banyak lagi
kehebatan-kehebatan santri yang mempunyai kontribusi dalam kemerdekaan
Indonesia.
Kembali pada pertanyaan di atas, siapakah
santri itu?
Apa bedanya dengan siswa masa kini?
orang yang menimba ilmu, belajar di pondok pesantren mereka itulah santri. Serupa dengan siswa dan murid di sekolah atau mahasiswa di perguruan tinggi.
orang yang menimba ilmu, belajar di pondok pesantren mereka itulah santri. Serupa dengan siswa dan murid di sekolah atau mahasiswa di perguruan tinggi.
Yang menjadi perbedaan secara umum adalah
tempat dan kegiatan yang diadakan di dalamnya. Materi di pondok pesantren lebih
banyak pada materi agama, seperti kitab kuning, tafsir, kajian islam, al quran
dan praktikum-praktikum ibadah. Sementara sekolah lebih banyak melahap
ilmu-ilmu umum dengan porsi agama yang sedikit. Meski tak menutup kemungkinan
banyaknya sekolah yang menyeimbangkan materi agama dan umum atau bahkan hampir
meyerupai pendidikan di pesantren, seperti sekolah bebasis boarding,
madrasah dan sejenisnya.
Namun lagi-lagi tempat dan lokasi menjadi
pembeda antara keduanya.
Keduanya sama-sama menuntut ilmu. Dan
alanngkah beruntungnya orang yang bisa menyeimbangkan keduanya, sehingga dunia
dapat, akhirat juga dapat.
مَنْ أَرَادَ
الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَالْأَخِرَةِ فَعَلَيْهِ
بِاالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (الحديث)
Barang siapa yang
menginginkan dunia maka hendaklah dia berilmu, barangsiapa menghendaki akhirat
maka dia harus berilmu dan barangsiapa menghendaki keduanya maka dia juga harus
berilmu.
Æìsùöt ª!$#
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré&
zOù=Ïèø9$#
;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Jadi dari sini dapat diambil
sebuah kesimpulan, bahwa santri dengan wadahnya yang bernama pesantren
merupakan basis munculnya pendidikan-pendidikan yang ada dewasa ini. Keberadaan
mereka menandai perjuangan yang pada akhirnya berbuah pada kemerdekaan. Seiring
perkembangan zaman, sekolah-sekolah pun bermunculan. Generasi demi generasi
datang silih berganti, sebagai pewaris sekaligus pengisi kemerdekaan yang
dahulu telah diperjuangkan.
Sehingga menjadi kewajiban bagi
penuntut ilmu untuk selalu belajar tidak hanya pelajaran tentang umum belaka,
tapi juga harus diimbangi dengan ilmu agama.
SMPIT AL
ARAF, 23 Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar