FENOMENA
PECI:
PENTINGNYA
SEBUAH ETIKA
Di pertengahan bulan lalu, aku diberi
kesempatan mengikuti perlombaan tingkat nasional dalam rangka Musabaqah
Tilawatil Quran (MTQ) yang diadakan di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Perlombaan ini mempertemukan puluhan cabang dengan diikuti seluruh propinsi
dari bumi pertiwi ini. Karena banyaknya cabang yang dilombakan, maka lokasi
perlombaanpun beragam. Namun dari semua lokasi itu hanya satu yang menjadi
pusatnya, yakni alun-alun di dekat masjid raya.
Sehari sebelum acara pembukaan, lokasi
masjid raya diseterilkan dengan kawat berduri yang melintang. Dari informasi
yang aku dapat, hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan orang nomor satu di
Indonesia, Pak Joko Widodo.
Benar saja, saat pembukaan tiba, ribuan
orang menyemut ingin memeriahkan syiar yang ada. Selain itu, tak sembarang
orang yang bisa masuk. Hanya mereka yang memakai name tag (tanda
pengenal) yang aman saat boleh masuk.
Entah benar entah tidak, hal yang tak
jauh beda juga dilakukan saat seseorang hendak masuk di istana presiden di
Jakarta.
Itu baru di istana presiden. Itu baru di
acara tingkat nasional. Semua ada aturannya, semua mempunyai etikanya. Apalagi tempat
yang kita sedang berada di dalamnya, masjid Al Hafizh.
Alangkah naifnya, siswa yang tak memiliki
etika kala hendak masuk masjid, lebih-lebih saat telah ada di dalamnya.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat
Al Jin ayat 18:
“Dan bahwasaya masjid itu milik Allah, maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.”
Tak sampai di sana, masuk pun ada
etikanya dengan sebuah doa’,
أَللّهُمَّ افْتَحْ لَنَا
أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
“Ya Allah, bukakanlah untuk kami rahmat-Mu”
Ingatlah masjid
adalah rumah Allah, tempat paling mulia daripada tempat-tempat lainnya.
Apakah pantas
kalian main lempar peci (kopyah) yang letaknya di kepala di dalam masjid
bahkan menjadikannya seperti bola, ditendang ke sana kemari?
Apakah pantas
pula menjadikan peci sebagai permainan di tangan, dengan diputar-putar
laksana bola volly?
Dan itu kalian
lakukan di masjid, di saat seharusnya tilawah Al Quran dan berdzikir.
Apakah juga
pantas peci yang harusnya dipakai shalat, diletakkan di bawah tempat sujud
hanya karena khawatir merusak tatanan rambut yang telah tersisir rapi?
Saya pastikan
deh, memakai peci saat shalat yang hanya beberapa menit bisa selesai lebih baik
daripada tatanan rambut yang tersisir rapi.
Jadi pastikan
untuk selalu beretika, apalagi di dalam masjid. Pastikan tidak ada lagi yang
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, khususnya Peci.
Semoga Allah
selalu memberikan taufik pada kita untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Amiiiin
Masjid Al hafizh, 31Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar