Cara
Beradaptasi di Lingkungan Pendidikan Baru
Punya pengalaman segudang, prestasi banyak
bertebaran, tropi, piala dan piagam bertumpuk berserakan belum bisa menjadi
jaminan kesuksesan seseorang guru untuk bisa beradaptasi di lingkungan
pendidikan baru. Apalagi jika lingkungan itu mengajarkan pendidikan yang tegas,
disiplin yang tegas dan sebagian siswa yang sedikit kelewat batas. Untuk bisa
bertahan lama, sungguh akan menjadi tanda tanya. Sanggupkah?
Itulah setidaknya yang aku rasakan, kala
memasuki lembaga SMPIT Al Araf untuk kali kedua. Tidak ada yang baru selain
dari SDM dan siswanya yang baru, tenaga pendidik yang baru, tenaga dapur yang
baru dan siswa-siswanya yang baru. Untuk SDM aku hanya butuh mengakrabi dua
tenaga dapur dan tiga guru tahfizh yang baru. Sementara untuk siswa, ada dua
kelas yang harus kenal. Mengenal nama mereka, latar belakang pendidikan,
keluarga mereka, kebiasaan, kesukaan dan semuanya.
Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Tak sayang
maka tak dekat. Tak dekat maka takrab.
Kalau sudah tak akrab, maka sedikit dipastikan tarnsfer
ilmu saat belajar akan terhambat. Padahal transfer ilmu merupakan bagian
terpenting dalam dunia pendidikan, selain duplikasi akhlak tentunya.
Lalu apa yang harus aku lakukan?
Mengenal Nama
Setahun vacum dari dunia pendidikan,
bebas dari coleteh riang anak-anak membuatku lupa bagaimana cara menghafal nama
mereka satu persatu. Maka aku cukup memakai metode lawas, mengenal anak yang
terlihat rajin dan yang perlu diberi perhatian lebih.
Di kelas 8, ada Afif anak yang rajin dan
disiplin. Sementara Tio dan Fatih yang harus diberi perhatian
ekstra. Kelas 8 berjumlah 9 namun terasa susah untuk diingat.
Untuk kelas 7 ada Rouf, Ihsan dan Husna
yang tampak punya hafalan bagus, Rhifaldi dan Deru yang terlihat
berkemampuan kurang. Faqih dengan gigi yang terlihat gingsul dan tampak
mirip dengan angkatan sebelumnya, Faris Al Aziz.
Untuk siswa yang tampak sedikit ‘aneh’
tingkah lakunya dan biasa candaan kawan-kawannya bernama Fajar.
Kelas 9 meski paling banyak ada 17 anak,
namun tidak terlalu susah untuk dihafal karena bertemu dua tahun lalu.
Faqih Tangsel |
Aku berharap dari mengenal nama akan
tercipta komunikasi dua arah yang terjaga, sehingga lancar untuk
menentukan langkah selanjutnya.
Smpit Al
Araf, 16 Augustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar