Selasa, 16 Agustus 2016

Cara Beradaptasi di Lingkungan Pendidikan Baru

Cara Beradaptasi di Lingkungan Pendidikan Baru

Punya pengalaman segudang, prestasi banyak bertebaran, tropi, piala dan piagam bertumpuk berserakan belum bisa menjadi jaminan kesuksesan seseorang guru untuk bisa beradaptasi di lingkungan pendidikan baru. Apalagi jika lingkungan itu mengajarkan pendidikan yang tegas, disiplin yang tegas dan sebagian siswa yang sedikit kelewat batas. Untuk bisa bertahan lama, sungguh akan menjadi tanda tanya. Sanggupkah?
 
Ngantor kali pertama
Itulah setidaknya yang aku rasakan, kala memasuki lembaga SMPIT Al Araf untuk kali kedua. Tidak ada yang baru selain dari SDM dan siswanya yang baru, tenaga pendidik yang baru, tenaga dapur yang baru dan siswa-siswanya yang baru. Untuk SDM aku hanya butuh mengakrabi dua tenaga dapur dan tiga guru tahfizh yang baru. Sementara untuk siswa, ada dua kelas yang harus kenal. Mengenal nama mereka, latar belakang pendidikan, keluarga mereka, kebiasaan, kesukaan dan semuanya.


Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak dekat. Tak dekat maka takrab.
Kalau sudah tak akrab, maka sedikit dipastikan tarnsfer ilmu saat belajar akan terhambat. Padahal transfer ilmu merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan, selain duplikasi akhlak tentunya.

Lalu apa yang harus aku lakukan?
Mengenal Nama
Setahun vacum dari dunia pendidikan, bebas dari coleteh riang anak-anak membuatku lupa bagaimana cara menghafal nama mereka satu persatu. Maka aku cukup memakai metode lawas, mengenal anak yang terlihat rajin dan yang perlu diberi perhatian lebih.
kebersamaan

Rhifaldi sedang menghafal

Di kelas 8, ada Afif anak yang rajin dan disiplin. Sementara Tio dan Fatih yang harus diberi perhatian ekstra. Kelas 8 berjumlah 9 namun terasa susah untuk diingat.
Untuk kelas 7 ada Rouf, Ihsan dan Husna yang tampak punya hafalan bagus, Rhifaldi dan Deru yang terlihat berkemampuan kurang. Faqih dengan gigi yang terlihat gingsul dan tampak mirip dengan angkatan sebelumnya, Faris Al Aziz.
Untuk siswa yang tampak sedikit ‘aneh’ tingkah lakunya dan biasa candaan kawan-kawannya bernama Fajar.
Kelas 9 meski paling banyak ada 17 anak, namun tidak terlalu susah untuk dihafal karena bertemu dua tahun lalu.

Faqih Tangsel
Jadi, segera mengenali, ciptakan komunikasi, buat mereka nyaman sejak dini tanpa harus mengorbankan harga diri.
Aku berharap dari mengenal nama akan tercipta komunikasi dua arah yang terjaga, sehingga lancar untuk menentukan langkah selanjutnya.


Smpit Al Araf, 16 Augustus 2016

0 komentar:

Posting Komentar