Mukaddimah Tahfizh:
Teladan Nabi Ibrahim
Hari
ini aku mengawali pembelajaran pagi dengan membaca secara bersama dan
bergantian surat Al Baqarah ayat 124. Ayat yang menerangkan tentang
ujian keimanan yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim Alaihis Salam.
Berqurban: Meneladani Ibrahim |
Di antara
ujian itu adalah keharusan menghadapi Raja Namrud Laknatullah. Sehingga
membuat beliau harus dibakar dengan kobaran api yang amat besar. Ada juga
teladan kehidupan keluarga beliau saat menghadapi kecemburuan dari Siti
Sarah karena Siti Hajar yang notabene merupakan istri kedua
melahirkan Ismail. Karena itu pula beliau menghijrahkan keluarga
keduanya ke Mekah, negeri yang saat itu amat tandus dan gersang.
Belum
selesai sampai di sana, Ibrahim mendapat ujian yang lebih besar. Anak kesayangan
beliau harus di kurbankan layaknya hewan qurban. Masyaallah
Ujian
demi ujian terus berdatangan. Namun justru dari sanalah derajat beliau menjadi
tinggi.
Allah
berfirman, “Sesungguhnya aku hendak menjadikanmu (Ibrahim) imam bagi seluruh
manusia.” Ibrahim berkata, “dan aku mohon juga dari keturunanku.” Allah
menjawab, “janjiku ini tidak mengenai orang-orang yang dzolim.” (Al
Baqarah:124)
Ibarat
pohon, makin tinggi menjulang akan makin besar angin yang menerjang.
Kucoba
memancing anak-anak dengan berbagai pertanyaan seputar beliau. Seperti siapa
nama istri beliau, yang pertama dan kedua, tentang anak-anak beliau.
Dari
lima orang muridku, Deru menjadi anak yang banyak memberikan jawaban.
Ternyata
benar apa kata sebagian teman dan guru, jika Deru merupakan siswa yang
cerdas dari segi akademik namun kurang dalam hal menghafal ayat-ayat dalam
bidang Tahfizh.
Pe
Er buatku untuk membuat kemampuan menghafalnya melebihi bidang akademik.
Selanjutnya
aku mengambil pelajaran dari teladan Nabi Ibrahim, bahwa seorang siswa akan
mendapat ujian yang makin besar ketika kemampuan dirinya makin meningkat. Namun
tetap sebatas kemampuan yang dia miliki. Sebagaimana janji Allah dalam surat Al
Baqarah 286:
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.”
Terakhir,
aku tutup mukadimah Tahfizh pagi ini dengan membagikan nextar check pemberian
Virgiansyah beberapa hari lalu kepada lima orang muridku. Nggak banyak
sih yang penting terasa.
“Salah
satu teladan dari Nabi Ibrahim adalah beliau tidak mpernah makan sendirian,
melainkan bersama. Saking pemurahnya beliau, tak jarang beliau mengundang
orang-orang yang kurang mampu untuk makan bersama, menikmati rizki yang beliau
miliki,” ujarku.
Smpit Al A’raf, 31 Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar