Aku dan
Khutbah Pertamaku
Jujur, salah satu tujuanku datang ke sekolah
ini adalah memperbaiki kualitas ceramah dan cara berkomunikasi dengan audience.
Maka ketika ada tawaran untuk ceramah atau khutbah di manapun akan aku “iya”
kan. Agar jam terbang yang aku miliki makin tinggi menjulang. Masalahnya,
bagaimana jika tawaran yang diberikan kepadaku dadakan?
Tentunya ceramah bukan seperti orang jualan
yang serba instan atau bisnis tahu,
Tahu bulat...
Lima ratusan..
Digoreng dadakan..
Dengan suara nya yang khas.
Aku jadi teringat saat2 pertama ditunjuk
menjadi speaker of speech di HEC2 setahun silam.
Perlu waktu dua mingguan,
sebelum tampil di podium panas. Ah,, ternyata persiapan yang cukup memakan
waktu itu belum juga membuatku bisa tampil maksimal. Apalagi untuk khutbah yang
audience nya tidak Cuma kawan sejawat, tapi juga masyarakat. Tapi aku bisa
sedikit beralasan, kenapa tampilku di HEC2 kurang maksimal. Kan, waktu itu
bahasa asing. Wajar kan, hehehe.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.10, ketika Pak
Taufiq masuk ke kamarku, sementara aku sedang mempersiapkan diri untuk
qailulah.
“Pak Leo minta agar pak Ahmad yang jadi
khatib jumat ini.”
Deg, sesingkat inikah?
“Kan jadwal Pak Arman, tadi dia sudah
elakukan persiapan,” selaku.
“Pokoknya Pak Leo mintanya begitu,” pak
Taufiq menegaskan.
Sadar diri, kalau Pak Leo merupakan manager
baru yayasan ini, akupun mengiyakkan tawaran yang cukup menantang ini.
Mau gimana lagi.
Segera aku menyalakan laptop, mencari materi
yang pas untuk khutbah yang sebentar lagi dilaksanakan. Alaaah,,
Niat hati mengikuti gaya khatib yang
terkenal, runut, sistematis, komunikatif dan mudah dicerna. Sementara hasil
khutbahku?
Triple M, monotooon..
monotooooon.. monotooon
Alhasil, tidak ada pilihan selain memperbaiki
diri,
Baca berulang
Hafalkan
Pahami,
Resapi lalu sampaikan. Jangan lupa menjaga
intonasi.
Aku berharap pada kesempatan berikutnya, aku
bisa lebih baik lagi. Amiiiin
Masjid Al
Hafizh, 17 Augustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar