Antara
Kedisiplinan dan Hukuman
Menjadikan siswa disiplin itu rasanya
gampang-gampang susah. Menggiring mereka ke arah sana pun juga sama. Butuh suatu
stimulus yang membuat mereka tersadar akan pentingnya kedisiplinan, taat
peraturan dan tidak melakukan pelanggaran. Dan stimulus itu amat beragam, satu
di anttaranya adalah dalam bentuk hukuman.
Antara Kedisiplinan dan Hukuman (Al Araf) |
Namun benarkah hukuman bisa menggiring
siswa ke dalam jalur kedisiplinan?
seberapa efektif hukuman dalam menegakkan kedisiplinan?
seberapa efektif hukuman dalam menegakkan kedisiplinan?
Tulisan ini aku buat sebagai bagian dari
kehidupanku di sekolah tercinta, SMPIT Al Araf. Kisah tentang kedisiplinan
shalat yang hampir setiap masa, setiap angkatan, setiap waktu mempunyai masalah
tersendiri.
Pernah aku hidup dalam masa Pak Lubis
yang menerapkan hukuman SIRAM di Tengah Lapang buat siswa yang tak melaksanakan
shalat berjamaah, juga keliling masjid dengan hitungan satu menit. Atau seperti
kebiasaan Pak Ihtianto yang mendednda diri dan berharap orang lainjuga
mengikutinya sebesar Rp. 50.000 per shalat wajib. Lain Pak Ihti lain juga Pak
Asep Ali, beliau lebih pada permainan tangan, semacam memukul lah. Era kepemimpinan
Pak Jalil di keasramaan beragam hukuman diterapkan, diedit, berdiri
sambil dzikir, push up, sit up dan banyak lagi. Apa hasilnya?
Hmmmm,, setauku tingkat kedisiplinan lebih
terjaga, apalagi dengan jumlah guru yang banyak, membuat ruang gerak siswa
makin sempit. Alhamdulillah.
Meski belum menjadi jaminan kesuksesan
sempurna.
Bagaimana dengan kondisi sekarang?
Jika kita mem flash back ke masa silam,
era kepemimpinan Pak Lubis, hampir semua peraturan dikembalikan kepada beliau
dan secara kreatif selalu saja muncul peraturan tentang kedisiplinan yang baru,
yang kadang kocak. Tetapi sepeninggal beliau....
Adopsi peraturan lawas, kesepakatan
bersama melalui musyawarah pun mulai dilaksanakan hingga sekarang.
Namun di antara beberapa perauran itu
ada dua hal yang menggelitik, pertama Pleng. Kedua menulis
ayat-ayat Al Quran sebanyak 4 halaman per telat sholat wajib.
Lagi-lagi dampak positif bisa kita rasakan.
Pertama tingkat kedisiplinan ibadah
siswa makin meningkat.
Kedua siswa diajari untuk berani
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, makin sering terlambat makin banyak
lembar demi lembar ayat yang harus mereka tulis.
Lalu adakah dampak negatif nya?
Hanya masalah orientasi.
Orientasi anak dalam menjalankan ibadah
yang seharusnya karena Allah, berubah hanya untuk menggugurkan kewajiban. Dan yang
lebih penting buat mereka adalah, bisa terhindar dari hukuman. Kok negatif?
Beberapa hari Pak Adhi izin dari
Al Araf, -yang notabene diketahui anak-anak- mereka dengan sebegitu bebasnya
jadi telat bahkan berani untuk tidak pergi ke masjid.
Ah,,, andai saja mereka tahu seberapa
besar keutamaan yang Allah sediakan untuk orang yang shalat berjamaah.
Andai saja mereka tahu keutamaan shalat
berjamaah Isya dan shubuh di masjid.
Andai saja mereka tahu derajat apa yang
didapat bagi jamaah yang berada di shaf terdepan.
Andai saja mereka tahu cicilan rumah di
surga yang Allah sediakan untuk mereka yang mau membumbui shalat wajib dengan
shaalat sunnah rowatib.
Andai saja mereka sadar ada waktu
mustajab di antara adzan dan iqamah.
Andai saja.....
Tentu tak perlu diadakan hukuman untuk
menciptakan kedisiplinan.
Sukabumi,
13 Desember 2016
0 komentar:
Posting Komentar