Selasa, 13 Desember 2016

Antara Kedisiplinan dan Hukuman

Antara Kedisiplinan dan Hukuman

Menjadikan siswa disiplin itu rasanya gampang-gampang susah. Menggiring mereka ke arah sana pun juga sama. Butuh suatu stimulus yang membuat mereka tersadar akan pentingnya kedisiplinan, taat peraturan dan tidak melakukan pelanggaran. Dan stimulus itu amat beragam, satu di anttaranya adalah dalam bentuk hukuman.
Antara Kedisiplinan dan Hukuman (Al Araf)
Namun benarkah hukuman bisa menggiring siswa ke dalam jalur kedisiplinan?
seberapa efektif hukuman dalam menegakkan kedisiplinan?

Tulisan ini aku buat sebagai bagian dari kehidupanku di sekolah tercinta, SMPIT Al Araf. Kisah tentang kedisiplinan shalat yang hampir setiap masa, setiap angkatan, setiap waktu mempunyai masalah tersendiri.

Pernah aku hidup dalam masa Pak Lubis yang menerapkan hukuman SIRAM di Tengah Lapang buat siswa yang tak melaksanakan shalat berjamaah, juga keliling masjid dengan hitungan satu menit. Atau seperti kebiasaan Pak Ihtianto yang mendednda diri dan berharap orang lainjuga mengikutinya sebesar Rp. 50.000 per shalat wajib. Lain Pak Ihti lain juga Pak Asep Ali, beliau lebih pada permainan tangan, semacam memukul lah. Era kepemimpinan Pak Jalil di keasramaan beragam hukuman diterapkan, diedit, berdiri sambil dzikir, push up, sit up dan banyak lagi. Apa hasilnya?
Hmmmm,, setauku tingkat kedisiplinan lebih terjaga, apalagi dengan jumlah guru yang banyak, membuat ruang gerak siswa makin sempit. Alhamdulillah.
Meski belum menjadi jaminan kesuksesan sempurna.
Bagaimana dengan kondisi sekarang?

Jika kita mem flash back ke masa silam, era kepemimpinan Pak Lubis, hampir semua peraturan dikembalikan kepada beliau dan secara kreatif selalu saja muncul peraturan tentang kedisiplinan yang baru, yang kadang kocak. Tetapi sepeninggal beliau....
Adopsi peraturan lawas, kesepakatan bersama melalui musyawarah pun mulai dilaksanakan hingga sekarang.
Namun di antara beberapa perauran itu ada dua hal yang menggelitik, pertama Pleng. Kedua menulis ayat-ayat Al Quran sebanyak 4 halaman per telat sholat wajib.
Lagi-lagi dampak positif bisa kita rasakan.
Pertama tingkat kedisiplinan ibadah siswa makin meningkat.
Kedua siswa diajari untuk berani mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, makin sering terlambat makin banyak lembar demi lembar ayat yang harus mereka tulis.
Lalu adakah dampak negatif nya?

Hanya masalah orientasi.
Orientasi anak dalam menjalankan ibadah yang seharusnya karena Allah, berubah hanya untuk menggugurkan kewajiban. Dan yang lebih penting buat mereka adalah, bisa terhindar dari hukuman. Kok negatif?

Beberapa hari Pak Adhi izin dari Al Araf, -yang notabene diketahui anak-anak- mereka dengan sebegitu bebasnya jadi telat bahkan berani untuk tidak pergi ke masjid.
Ah,,, andai saja mereka tahu seberapa besar keutamaan yang Allah sediakan untuk orang yang shalat berjamaah.
Andai saja mereka tahu keutamaan shalat berjamaah Isya dan shubuh di masjid.
Andai saja mereka tahu derajat apa yang didapat bagi jamaah yang berada di shaf terdepan.
Andai saja mereka tahu cicilan rumah di surga yang Allah sediakan untuk mereka yang mau membumbui shalat wajib dengan shaalat sunnah rowatib.
Andai saja mereka sadar ada waktu mustajab di antara adzan dan iqamah.
Andai saja.....

Tentu tak perlu diadakan hukuman untuk menciptakan kedisiplinan.

Sukabumi, 13 Desember 2016

0 komentar:

Posting Komentar