Berkat
Yang Berkah
Jika kita berada di daerah Jawa
Timur, di perkampungan khususnya tentu kita akan banyak mendapati ajaran-ajaran
luhur tentang budi pekerti, sifat yang baik, sopan santun yang terbingkai dalam
bab akhlak.
Bismillah |
Akhlak ini tentunya tidak muncul
dengan sendirinya, butuh penempaan yang prosesnya tidaklah sebentar, butuh
pembiasaan, pemaksaan sehingga menjadi kebiasaan.
Agama Islam amat memperhatikan hal
ini. Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 2:
وتعاونوا
على البرّ والتقوى
Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa
Diakui atau
tidak, gotong royong dan tolong menolong di perkampungan jauh lebih besar
pengaplikasiannya dibandingkan dengan kehidupan di kota. Di manapun dan dalam
kondisi apapun, masyarakat beraliran Nahdhiyyin di antaranya.
Hal ini
tercermin dalam kegiatan yang sifatnya religius. Ketika ada yang lahiran ataupun
meninggal, sunatan, nikahan dan sejenisnya. Adanya khataman Al Quran dalam
acara tersebut, dzibaan, manaqiban sampai tahlilan. Sudah menjadi ciri khas
yang sulit untuk dilepaskan.
Ujung dari
semua kegiatan ini adalah diberikannya berkat untuk para jamaat.
Berkat?
Mungkin buat
orang awam, ungkapan di atas seperti mencerminkan pada satu agama tertentu,
agama kristen.
Tapi saya
bilang jika berkat yang dimaksud adalah oleh-oleh, makanan, bungkusan atau
apapun jenisnya. Karena makanan tersebut diperoleh setelah kita tahlilan,
khataman Al Quran, bacaan-bacaan wirid lainnya yang mengandung unsur berkah,
makanya dinamakan berkat.
Makanya jangan
heran, jika kita hidup di perkampungan Jawa yang masih memegang teguh prinsip
Nahdhiyyin akan menemukan hal ini. Kehidupan yang begitu menyenangkan.
Memang orang
yang hidup di perkampungan terkesan belum berkecukupan. Right. Benar. Namun bukan
berarti mereka melulu kesusahan. Karena sifat dasar mereka nerimo ing pandum
mereka mampu bertahan. Sesulit-sulitnya mereka, kemauan berbagi masih
selalu ada. Termasuk berbagi berkat ketika ada acara keagamaan.
Berkat Yang
Berkah. Tak ada uang, namun kecipratan berkat ketika ada hajatan. Berkah kan?
Tidak harus
beli makanan di luaran, ngebakso, ngemie, ngejuz, ngewarung, ngopi.
Pahala dapat,
makanan juga dapat.
Maka nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Kertosono, 20 Desember 2016
0 komentar:
Posting Komentar