Yang Nikah Siapa Yang Repot Siapa?
Begitulah kira-kira keadaan yang pas bagi
siapapun yang mau menikah, sesuai dan sepengetahuanku sih. Aku tak tahu jika di
luar pengalaman keluargaku. Tapi begitulah yang aku tahu dari tradisi
keluargaku,ermasuk diriku sendiri.
Saat kakakku, Cak Ali menikah beberapa bulan
lalu, keadaan rumah seperti tak ada sepinya. Itu aku dapati saat dia hendak
melangsungkan acara walimahan, di tempat calon istrinya dan di rumah kakakku
sendiri. Lebih tepatnya rumah emakku.
Yang aku tahu, keluarga menjadi bagian
penting dalam kegiatan ini.
Yang nikahan siapa yang repot siapa...
Hal yang tak jauh beda aku rasakan menjelang
pernikahanku kali ini, ya aku yang hanya tinggal menghitung hari. Aku yang
masih kebingungan dengan keputusanku saat ini, aku yang tidak tahu akan apa
yang harus aku lakukan, aku persiapkan dalam urusan ini.
Jadi pie saiki?
Jadi aku karek nyapo iki?
Jadi aku karek nyapo iki?
Jadi tugasku tinggal apa ini?
Jadi apa lagi yang kudu aku beli?
Jadi.....
Keluargaku repot memasak, repot mempersiapkan
bungkus makan, repot menyiapkan berkat. Belum lagi beberapa anggota keluarga
jauh juga ikut berpartisipasi. ada bek Ik, bek Ziah yang mau datang juga,
kakak-kakak dan mbak-mbakku, dan beberap tetangga.
Padahal ini baru tahap lamaran.
Yang nikahan siapa yang repot siapa....
Jika boleh jujur, ingin rasanya aku
menghitung mundur. Maksudku memundurkan waktu, atau jikapun tak bisa ya minimal
membuat waktu itu jadi berhenti, pause untuk sementara. Rasa-rasanya bagiku,
waktu ini berjalan terasa cepat. Kemarin masih bulan Ramadhan, saat pertama
kalinya aku mendatangi rumah calon mertuaku. Sekarang tiba-tiba sudah bulan
Maulud, bulan Rabiul Awwal. Bulan di mana kondisi aku sudah dalam keadaan sudah
melamar dan kini waktunya singsetan (penguatan) hubungan. Keluarga mereka
akan mendatangiku.
Dan aku sendiri tak mampu menjelaskan perasaan
yang aku hadapi sat ini.
Apa aku harus sedih atau bahagia.
“Jadi awakmu iki nggak kenala karo areke tah?”
tanya kakakku kemarin.
“Ya Cak, aku belum kenal dia, wajah dia
sendiri aku tak tahu,” ujarku sambil aku ceritakan proses pengenalanku,
komunikasiku dengan dia hingga detik ini.
Aneh memang hubunganku ini.
Tapi aku sudah mengambil keputusan dan aku
sebagai lelaki haru mempertanggung jawabkan keputusanku ini.
Lagi-lagi saat aku menulis tulisan ini,
keadaan di rumahku sedang sibuk-sibuknya. Sibuk mempersiapkan penyambutan
terhadap keluarga wanita dari Ngawi yang telah aku lamar sebulan lalu.
Masak aku nggak berpartisipasi dengan segala
kesibukan mereka. Astaghfirullah!!!
Yang nikahan siapa yang repot siapa....
Bismillah...
Aku harus bekerja bersama mereka.
Semoga keputusanku ini menjadi berkah
nantinya.
Hanya Allah Yang Maha Tahu dan aku mintai
pertolongan-Nya.
Kertosono,
21 Desember 2016
0 komentar:
Posting Komentar