Rabu, 21 Desember 2016

Yang Nikah Siapa Yang Repot Siapa?

Yang Nikah Siapa Yang Repot Siapa?

Begitulah kira-kira keadaan yang pas bagi siapapun yang mau menikah, sesuai dan sepengetahuanku sih. Aku tak tahu jika di luar pengalaman keluargaku. Tapi begitulah yang aku tahu dari tradisi keluargaku,ermasuk diriku sendiri.
 
Tradisi: Ngudek Jenang
Saat kakakku, Cak Ali menikah beberapa bulan lalu, keadaan rumah seperti tak ada sepinya. Itu aku dapati saat dia hendak melangsungkan acara walimahan, di tempat calon istrinya dan di rumah kakakku sendiri. Lebih tepatnya rumah emakku.
Dari persiapan makanan, mobil yang dijadikan transport kendaraan, jumlah orang yang hendak diikut sertakan, sebagai pengiring pengantin, persiapan kursi, tenda, sound hingga panggung pengantin dan sejenisnya. Sampai-sampai ketika acara serah terima pengantin di rumah lelaki. Widiiih,,, repot repot dan repoot.
Yang aku tahu, keluarga menjadi bagian penting dalam kegiatan ini.
Yang nikahan siapa yang repot siapa...

Hal yang tak jauh beda aku rasakan menjelang pernikahanku kali ini, ya aku yang hanya tinggal menghitung hari. Aku yang masih kebingungan dengan keputusanku saat ini, aku yang tidak tahu akan apa yang harus aku lakukan, aku persiapkan dalam urusan ini.
Jadi pie saiki?
Jadi aku karek nyapo iki?
Jadi tugasku tinggal apa ini?
Jadi apa lagi yang kudu aku beli?
Jadi.....

Keluargaku repot memasak, repot mempersiapkan bungkus makan, repot menyiapkan berkat. Belum lagi beberapa anggota keluarga jauh juga ikut berpartisipasi. ada bek Ik, bek Ziah yang mau datang juga, kakak-kakak dan mbak-mbakku, dan beberap tetangga.
Padahal ini baru tahap lamaran.
Yang nikahan siapa yang repot siapa....

Jika boleh jujur, ingin rasanya aku menghitung mundur. Maksudku memundurkan waktu, atau jikapun tak bisa ya minimal membuat waktu itu jadi berhenti, pause untuk sementara. Rasa-rasanya bagiku, waktu ini berjalan terasa cepat. Kemarin masih bulan Ramadhan, saat pertama kalinya aku mendatangi rumah calon mertuaku. Sekarang tiba-tiba sudah bulan Maulud, bulan Rabiul Awwal. Bulan di mana kondisi aku sudah dalam keadaan sudah melamar dan kini waktunya singsetan (penguatan) hubungan. Keluarga mereka akan mendatangiku.
Dan aku sendiri tak mampu menjelaskan perasaan yang aku hadapi sat ini.
Apa aku harus sedih atau bahagia.

“Jadi awakmu iki nggak kenala karo areke tah?” tanya kakakku kemarin.
“Ya Cak, aku belum kenal dia, wajah dia sendiri aku tak tahu,” ujarku sambil aku ceritakan proses pengenalanku, komunikasiku dengan dia hingga detik ini.

Aneh memang hubunganku ini.
Tapi aku sudah mengambil keputusan dan aku sebagai lelaki haru mempertanggung jawabkan keputusanku ini.

Lagi-lagi saat aku menulis tulisan ini, keadaan di rumahku sedang sibuk-sibuknya. Sibuk mempersiapkan penyambutan terhadap keluarga wanita dari Ngawi yang telah aku lamar sebulan lalu.
Masak aku nggak berpartisipasi dengan segala kesibukan mereka. Astaghfirullah!!!
Yang nikahan siapa yang repot siapa....

Bismillah...
Aku harus bekerja bersama mereka.
Semoga keputusanku ini menjadi berkah nantinya.
Hanya Allah Yang Maha Tahu dan aku mintai pertolongan-Nya.
Kertosono, 21 Desember 2016


0 komentar:

Posting Komentar