Kaledioskop
2016
~Mengejar
Cinta~
Tahun 2016 telah berlalu, berganti menjadi tahun 2017. Apa yang bisa aku
petik dan aku lakukan untuk diriku yang lemah ini?
Semakin kukejar semakin kau lari |
Semua orang pasti menginginkan yang terbaik
dalam kehidupannya dan berharap ada peningkatan di hari-hari yang dijalaninya,
minggu-minggu yang dilewatinya, bulan-bulan yang dilaluinya hingga pergantian
tahun, seperti yang terjadi saat ini.
Tahun 2016 menjadi tahun peralihan buatku. Betapa tidak. Saat aku harus
menentukan pilihan yang sulit,keluar dari sekolah demi mengejar cita-citaku
yang belum terlaksana atau bertahan di sekolah sambil mengejaar cita-cita
tersebut. Alhasil, yang pertama menjadi pilihanku.
Tahun baru ajaran 2015/16 aku memilih keluar dari sekolah. Aku mau serius
mengganti status. Mencari pasangan yang sah. Aku jadikan ini sebagai target
paling atas. Halalkan atau tinggalkan!
Namun sayang, perjalananku tidaklah gampang.
Rintangan di depanku terasa membentang. Satu di antaranya adalah kakak
kandungku yang belum juga menemukan pasangan. Mendahului tak enak, menunggu
membuat tidurku tak nyenyak. Meski agamaku tidak melarang untuk melangkahi,
tapi kakakku adalah saudara yang harus aku hormati. Jujur aku sudah lebih
dahulu punya pilihan. Dan aku terlanjur berani menghadap ke rumahnya, sampai-sampai
meminta ke pihak keluarganya.
Nama yang tercatat di hati akan kalah dengan
nama yang tercatat di KUA nanti.
Dan aku ndak mau orang yang aku sayangi dan
cintai hanya ada dalam hati, tanpa berani aku ungkapkan. Sayang kan!
Awalnya aku melihat keluargaku begitu
mendukung, namun ke sini ke sininya aku mencium gelagat jika mereka akan lebih
mendahulukan pernikahan kakakku dulu. Tidak ada pilihaan, selain mencari
kegiatan. Jangan berlama jadi pengangguran.
PARE.
Ya Pare jadi tempat pelarian. Aku yang sedari dulu suka ama bahasa Inggris dan
mempunyai mimpi untuk menimba ilmu di sana, berkesempataan untuk mewujudkan
impian itu, apalagi saat itu tak ada kegiatan yang mengikat.
Empat bulan aku di sana, namun setelahnya aku
mendapati hubunganku dengannya sedikit tidak beres. Pertama, ibunya bilang jika
aku semakin disibukkan oleh aktifitasku sehingga membuat komunikasiku dengannya
semakin minim.
Kenapa tidak bilang dulu kalauu mau ke Pare,
padahal ada tempat yang sedang disiapkan untukku di Surabaya, sekarang semakin
renggang kan jadinya. Kurang komunikasi, begitu kira-kira teguran yang
disampaikan ibunya kepadaku.
Kedua, perbuatanku mengupload poto cewek di
twitter membuuatnya beranggapan bahwa aku sudah punya yang lain.
poto itu sebenarnya hanya akal-akalan dariku
dalam twitter supaya semakin banya follower. Setidaknya dengan semakin banyak
follower, aku bisa memperluas jaringan, mitra dan koneksi sehingga suatu saat
seandainya aku punya barang yang ingin aku jual akan banyak yang kenal, banyak
peminatnya pula. Kalau aku pasang potoku sendiri, orang akan cuek, tapi kalau
poto cewek apalgi cantik, orang akan penasaran dan menjadi followerku, kataku
menjelaskan. Aku berharap supaya tidak ada salah paham.
Sayang, usahaku sedikit gagal. Itu aaku
rasakan setelah ibunya beberapa membahas kesalahanku di atas.
Aku akui kalau aaku salah dan tidak ada yang
bisa aku lakukan selain meminta maaf.
Surabaya menjadi kota tujuanku selanjutnya. Sejatinya aku ingin mencoba
mencari ma’isyah sekaligus karunia Allah yang Dia sediakan untuk para
hamba-Nya. Di sini aku cukup beruntung. Selain orangtuanya yang begitu baik
kepadaku, sering menolongku saat aku safar di sana, aku juga punya kawan yang
mau dengan tulus mengiringiku mencari penggawean di sana. Entah udah berapa
kali aku PP ke sana, melakukan interview hingga akhirnya,
Mungkin bukan jodohnya kali mas di Surabaya,
begitu komentar calon pengantinku.
Padahal seandainya aku diterima, setidaknya
aku bisa menebus kesalahanku terhadap keluarganya sekaligus membuktikan jika
aku juga layak menjadi menantunya.
Ah, cinta cinta.
Kenapa semakin kukejar semakin kau lari..
Atau jangan-jangan aku kurang serius,
Hingga seiring waktu berjalan, kakakku sudah
menemukan pasangan. Proses lamaran pun sudah diselesaikan.
Semenatara aku yang masih luntang lantung,
teromabing ambing dalam arus kebimbangan beberapa kali mendapat tawaran
mengajar, di kampung sendiri, di beberapa sekolah di Jawa Barat hingga mantan
sekolahku, SMPIT Al Araf yang memnitaku untuk kembali.
Amboiiii, betapa sempitnya dunia ini. Langah
apa yang harus aku tempuh?
Di sisi lain bisikan-bisikan yang mengecapku
sebagai pengangguran semakin tak enak untuk didengarkan.
Halalkan atau tinggalkan.
Kalau jodoh tak akan ke mana.
Berbagai pertimbangan, diskusi dengan
keluarga, mencoba ishlah dengan yang di Surabaya dan usaha-usaha yang lain aku
lakukan, demi melanjutkan usahaku mengejar Cinta.
Bismillah. Dengan berat hati aku harus
menanggalkan cinta ini. Dan kembali seperti dulu lagi. Cukuplah kita ini
seduluran, tanpa harus besanan, kira-kira begitulah apa yang disampaikan emakku
pada ibunya.
Semoga engkau memaklumi bu, dek, dan semuanya.
Kertosono,
3 Januari 2017
0 komentar:
Posting Komentar