Kaleidioskop
2016
~Pertempuran
di Medan MTQ~
Jika dalam dunia sepakbola ada klub yang
kini memimpin klasemen La Liga di Spanyol mencatatkan diri bahwa tahun 2016
menjadi tahun yang tak akan terlupakan oleh seluruh fans mereka karena
perolehan prestasinya berupa kemenangan paling bergengsi se Eropa, piala Liga
Champions, piala Eropa dan paling anyar piala dunia antar klub. Klub itu tidak
lain dan tidak bukan adalah Real Madrid.
Utusan Papua untuk Indonesia |
Keperkasaan klub tersebut semakin
lengkap karena salah satu pemain mereka Crisntiano Ronaldo berhasil mengukuhkan
diri sebagai pemain terbaik sedunia melalui tropi Ballon D’Or. Tidak hanya
berhasil mengantar Real Madrid meraih 3 tropi di atas, dirinya juga berhasil
mengantar negaranya Portugal untuk pertama kalinya meraih Piala Eropa setelah
mengalahkan Prancis di final.
“Tahun 2016 adalah tahun terbaik
dalam karir sepak bola saya,” ujarnya.
Maka tahun 2016 bagiku menjadi tahun
yang paling berarti dalam dunia MTQ. Masak iya?
Berawal dari sebuah catatan kecil yang
aku pasang di mading kamarku, tentang target MTQ tahun ini: Menembus MTQ
Nasional. Dari segi peluang dan rasio kesuksesan sebagai juara masih fifty
fifty. Tembus nasional syukur nggak juga nggak apa. Lagian aku merasa bahwa
usahaku telah maksimal, belajar,menghafal tanpa lupa untuk mencatat ilmu-ilmu
baru yang aku dapatkan. Hasilnya?
Provinsi Banten, dalam kurun waktu sekitar dua pekan di medio
Februari aku mengikuti MTQ di kota Tangerang, kabupaten Tangerang dan kabupaten
Serang. Secara berurutan aku berhasil ada di posisi 1, 3 dan harapan 2. Hasil
yang paling tinggi adalah saat aku berhasil masuk final di tingkat Provinsi
sebagai runner up.
Provinsi Jawa Barat menjadi langganan keikutsertaanku di
sana. Selain domisiliku di sana, medan pertempuran MTQ nya lebih aku kenali
daripada di tanah kelahiranku sendiri, Jawa Timur. Itu terbukti dengan
persembahan gelar juara 1 tingkat Kota Sukabumi 5x berturut-turut, dari tahun
2010 hingga 2014. Tahun 2015 aku absen karena aktifitasku berpindah sementara
di Pare Jawa Timur, demi mengasah kemampuan bahasa Inggrisku. Meski tak ikut
seleksi di kota ini, tetap saja pemkot memintaku untuk menjadi utusan di
Provinsi yang saat itu diadakan di Tasikmalaya. Di sini aku harus berpuas di
peringkat harapan 3. Alhamdulillah.
Provinsi Papua Barat menjadi medan pertempuran selanjutnya. Orang
bilang bahwa Provinsi ini dan Kep. Riau merupakan miniatur MTQ Nasional. Itu artinya
jika kita ikut di musabaqah tingkat kedua provinsi di atas, seperti kita ikut
tingkat nasional. Selain acaranya yang wah, tingkat kesulitaannya juga tidak
ramah. Persaingannya sungguh ketat, karena ini bisa dikatakan tempat pelarian
para juara yang tidak lolos sebagai yang terbaaik di provinsi lain.
Berawal dari tawaran kawanku, Zaenur
Rahman yang sudah terikut juara 1 di Provinsi Banten. Dalam peraturan MTQ, yang
sudah mendapat jatah nasional dari satu provinsi, tida boleh mengikuti atau
menjadi peserta di Provinsi lainnya. Aku yang dia pilih sebagai badal dari
salah satu kabupaten di provinsi sana, Tel. Wondama.
Alhamdulillah aku tak masuk 3 besar. Tak
ada prestasi di sini,meski saat itu aku tampil lancar.
Lombok, NTB sebagai tuan rumah MTQ tingkat Nasional
Indonesia merupakan momen yang tak pernah aku lupakan. Karena saat itu
persyaratan harus benar-benar dipenuhi, berimbas pada dicoretnya peserta juara
1,2 dan 3. Aku yang terpilih akhirnya mewakili Provinsi Papua Barat. Sayang,
aku tak bisa tampil karena lagi-lagi masalah administrasi. Tapi, harus aku
syukuri jika cita-citaku tembus nasional tahun ini bisa terlaksana meski hanya
sebagai peserta yang tak tampil.
Akhirnya karena faktor usia, aku pikir
ini merupakan kali terahir blusukan di kancah MTQ. Ternyata edaran terakhir
yang aku terima, usia maksimal cabang Tafsir Indonesia menjadi 34 tahun 11
bulan 29 hari. Padahal sebelumnya 30 tahun kurang satu hari. Itu artinya masih
ada peluang untuk ikut lagi. Semoga bisa lebih baik lagi. Amiin
Kertosono,
04 Januari 2017
0 komentar:
Posting Komentar