MAULID
NABI DAN ANTUSIAS IBU-IBU
Ayuk Shalawatan Dulu!!! |
Sudah menjadi satu tradisi di
negeri kita Indonesia setiap memasuki bulan Rabiul Awal masyarakat mengadakan
Mauludan. Entah di kota, di pelosok desa, di instansi pemerintah, di sekolah,
sampai di pondok pesantren. Beragam kegiatan; shalawatan, dzibaan, barzanji,
sampai mendatangkan dai kondang dengan satu tujuan, menjunjung tinggi (hurmat)
kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kenapa sih harus dihormati dengan
acara semacam ini?
Bukankah ini tidak ada di zaman Nabi?
Bukankah ini tidak ada di zaman Nabi?
Tanpa perlu saling menyudutkan
antar kelompok umat yang pro dengan yang kontra, semua punya dasar
masing-masing.
Dan aku adalah orang pro dengan kegiatan ini, karena banyak
manfaat yang bisa aku peroleh dan mungkin umumnya mereka yang menjalani. Seiring
berjalannya waktu dan perkembangan zaman, orang banyak merayakan hari
kelahirannya. Sedang beliau, nabi kita, pemimpin para nabi sekaligus pemberi
syafaat nanti di hari kiamat. Salahkah untuk dirayakan? Dihormati?
Terbayang nggak, jika maulid ini
dilarang, sedang di luar sana segala aktifitas ibadah umat lain bebas
dilaksanakan? Terus kegiatan-kegiatan seremoni lainnya di rayakan, bagaimana
umat Islam akan bangga dengan Nabinya, bagaimana mereka akan tahu kapan Nabinya
dilahirkan?
Mungkin itulah yang menjadi dasar
antusiasme masyarakat di desa tempat berdomisiliku saat ini, Ciparay
Kadudampit. Betapa hampir dalam seminggu ini ada saja masjid yang mengadakan
acara maulid ini. Ada saja suara dari speaker atau soundsystem di luaran sana
yang meraung-raung menggemakan shalawat, qiroat, tilawah dan ceramah. Ada saja
ibu-ibu yang hilir mudik dengan pakaian khas mereka –layaknya seragam ibu-ibu
pengajian- ke sumber suara.
“Ibu Endan mau ke sana juga?”
tanyaku pagi ini saat melihat beliau berjalan bersama emaknya Teh Ema.
Anggukan keduanya cukup memberiku
kode jika mereka ikut, padahal jarak tempuhnya aku taksir ada 2KM lebih. Berjalan
kaki pula. Sungguh luar biasa antusiasme
ibu-ibu di sini. Sebelumnya aku juga melihat pemandangan yang sama saat membeli
bubur ayam di Kubang. Ibu-ibujuga.
Sementara aku sendiri didapuk
menjadi ketua panitia Maulid di RT.04 Ciparay nanti akhir bulan Januari ini. Mungkin
itu menjadi maulid terakhir di Indonesia. Pasalnya tanggal 29 Januari sudah
menjadi hari terakhir bulan Rabiul Akhir, normal-normal pelaksanaan kan di
bulan Rabiul Awal. Berarti kan...
Sempat terjadi perselisihan juga
sih kemarin dengan kampung tetangga, soal hari pelaksanaan. Yang awalnya
tanggal 22 Januari bergeser ke tanggal 29, itu karena dai incaran nggak bisa di
tanggal 22 nya, eh ternyata di RT sebelah sudah positif tanggal 29 pula. Padahal
jarak berdekatan. Beruntung akhirnya bisa diselesaikan.
Pokoknya sih aku berharap jika
kegiatan ini tak hanya memberi berkah, karena shalawat yang kita hadiahkan
kepada beliau Muhammad akan dibalas oleh Allah dengan 10 kebaikan. Tetapi juga
menjadi pemersatu kita umat Islam yang lokasinya kadang saling berjauhan,
menunjukkan kekuatan umat yang saat ini sering diterpa isu tak sedap.
Ibu-ibu saja yang sudah berumur
begitu antusias menyambut maulid kenapa pemudanya masih malas-malasan?
Sukabumi,
15 Januari 2017
0 komentar:
Posting Komentar