Minggu, 15 Januari 2017

MAULID NABI DAN ANTUSIAS IBU-IBU

MAULID NABI DAN ANTUSIAS IBU-IBU

Ayuk Shalawatan Dulu!!!
Sudah menjadi satu tradisi di negeri kita Indonesia setiap memasuki bulan Rabiul Awal masyarakat mengadakan Mauludan. Entah di kota, di pelosok desa, di instansi pemerintah, di sekolah, sampai di pondok pesantren. Beragam kegiatan; shalawatan, dzibaan, barzanji, sampai mendatangkan dai kondang dengan satu tujuan, menjunjung tinggi (hurmat) kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kenapa sih harus dihormati dengan acara semacam ini?
Bukankah ini tidak ada di zaman Nabi?

Tanpa perlu saling menyudutkan antar kelompok umat yang pro dengan yang kontra, semua punya dasar masing-masing.
Dan aku adalah orang pro dengan kegiatan ini, karena banyak manfaat yang bisa aku peroleh dan mungkin umumnya mereka yang menjalani. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, orang banyak merayakan hari kelahirannya. Sedang beliau, nabi kita, pemimpin para nabi sekaligus pemberi syafaat nanti di hari kiamat. Salahkah untuk dirayakan? Dihormati?
Terbayang nggak, jika maulid ini dilarang, sedang di luar sana segala aktifitas ibadah umat lain bebas dilaksanakan? Terus kegiatan-kegiatan seremoni lainnya di rayakan, bagaimana umat Islam akan bangga dengan Nabinya, bagaimana mereka akan tahu kapan Nabinya dilahirkan?

Mungkin itulah yang menjadi dasar antusiasme masyarakat di desa tempat berdomisiliku saat ini, Ciparay Kadudampit. Betapa hampir dalam seminggu ini ada saja masjid yang mengadakan acara maulid ini. Ada saja suara dari speaker atau soundsystem di luaran sana yang meraung-raung menggemakan shalawat, qiroat, tilawah dan ceramah. Ada saja ibu-ibu yang hilir mudik dengan pakaian khas mereka –layaknya seragam ibu-ibu pengajian- ke sumber suara.

“Ibu Endan mau ke sana juga?” tanyaku pagi ini saat melihat beliau berjalan bersama emaknya Teh Ema.
Anggukan keduanya cukup memberiku kode jika mereka ikut, padahal jarak tempuhnya aku taksir ada 2KM lebih. Berjalan kaki pula.  Sungguh luar biasa antusiasme ibu-ibu di sini. Sebelumnya aku juga melihat pemandangan yang sama saat membeli bubur ayam di Kubang. Ibu-ibujuga.

Sementara aku sendiri didapuk menjadi ketua panitia Maulid di RT.04 Ciparay nanti akhir bulan Januari ini. Mungkin itu menjadi maulid terakhir di Indonesia. Pasalnya tanggal 29 Januari sudah menjadi hari terakhir bulan Rabiul Akhir, normal-normal pelaksanaan kan di bulan Rabiul Awal. Berarti kan...

Sempat terjadi perselisihan juga sih kemarin dengan kampung tetangga, soal hari pelaksanaan. Yang awalnya tanggal 22 Januari bergeser ke tanggal 29, itu karena dai incaran nggak bisa di tanggal 22 nya, eh ternyata di RT sebelah sudah positif tanggal 29 pula. Padahal jarak berdekatan. Beruntung akhirnya bisa diselesaikan.

Pokoknya sih aku berharap jika kegiatan ini tak hanya memberi berkah, karena shalawat yang kita hadiahkan kepada beliau Muhammad akan dibalas oleh Allah dengan 10 kebaikan. Tetapi juga menjadi pemersatu kita umat Islam yang lokasinya kadang saling berjauhan, menunjukkan kekuatan umat yang saat ini sering diterpa isu tak sedap.
Ibu-ibu saja yang sudah berumur begitu antusias menyambut maulid kenapa pemudanya masih malas-malasan?

Sukabumi, 15 Januari 2017

0 komentar:

Posting Komentar