Investasi Abadi
Yuk berinvestasi!! |
Bakda
tahmid, tahlil dan tasbih marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan semua
larangan-Nya. Karena dengan takwa pula kita bisa terhindar dari segala bentuk
dosa, kecil atau besar, yang nampak maupun samar, disengaja atau tidak sehingga
mengantarkan pelakunya pada kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.
Hadirin!!
Tema
khutbah kali ini adalah tentang Investasi Abadi. Diakui atau tidak pada
umumnya manusia mempunyai kecenderungan untuk berinvestasi. Mempersiapkan
sesuatu yang ingin dimiliknya nanti di masa mendatang. Misalnya, bekerja di dunia kepegawaian untuk
mendapatkan tunjangan di masa tua, menabung di bank agar mempunyai simpanan,
ikut berbagai asuransi demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di
kemudian hari atau yang lebih sederhana menabung di celengan, di dalam lemari
demi membeli barang yang diimpikan sejak jauh-jauh hari.
Secara
bahasa investasi berasal dari bahasa Inggris, invest yang artinya menanam/menanam uang (konteks
nya).
Sedang secara istilah Investasi merupakan persiapan seseorang untuk
jangka waktu yang sangat panjang dan menguntungkan. Seseorang yang melakukan investasi
tentu memiliki sesuatu yang berlebih pada dirinya, baik berupa harta, modal
atau keahlian.
Itulah
mengapa Islam menganjurkan umatnya supaya jangan berpikir hidup hanya untuk
hari ini tanpa memperhatikan apa yang terjadi di hari esok.
Allah
SWT berfirman:
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Hadirin!!!
Dalam
pandangan Islam, ada dua model investasi yang harus dimiliki oleh setiap
Muslim, yaitu investasi dunia dan investasi akhirat. Untuk investasi dunia,
seorang Muslim berusaha mempersiapkan perbaikan dan peningkatan kesejahteraan
diri dan keluarganya. Pada jangka waktu tertentu, investasi dunia biasanya
diwujudkan dengan menyimpan uang dalam tabungan, deposito, saham, mengalihkan
kelebihan dananya menjadi tanah, rumah, kendaraan, dan perhiasan berharga.
Berapa
pun banyak dan apa pun modelnya, investasi dunia yang dimiliki seseorang tidak
akan bertahan lama dan abadi. Masa kepemilikan investasi disesuaikan dengan
waktu hidupnya di dunia. Ketika kematian itu datang, maka harta kekayaan yang
diinvestasikan semasa hidupnya akan berubah menjadi harta warisan. Secara
otomatis akan beralih kepemilikan dan haknya kepada ahli waris. Jika orientasi
manusia hanya menumpuk harta dengan memperbanyak investasi dunia tanpa
berpikir, perjalanan akhirat yang jauh lebih kekal dan abadi.
Rasulullah
SAW memberikan kiat untuk umatnya bahwa kematian bukanlah akhir dari sebuah
investasi. Bahkan kematian bagi seorang investor akhirat merupakan petikan
keuntungan dan laba dari investasinya di dunia.
Pahala
yang berkepanjangan dan terus mengalir menjadi buah dari kelebihan hartanya di
dunia. Dalam Islam, Investasi akhirat ada banyak sekali, namun di sini kami
akan mengambil satu buah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
عن أبي هريرة رضى الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم
قال : إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية أو علم ينتفع يه أو ولد
صالح يدعو له
Investasi
akhirat ini disebut investasi abadi karena menjadi milik kita untuk selamanya.
1.
Shadaqah Jariyah
Shadaqah
Jariyah adalah suatu ketaatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengharapkan
ridha Allah Ta’ala, agar orang-orang umum bisa memanfaatkan harta yang
disedekahkannya tersebut sehingga pahalanya mengalir baginya sepanjang barang
tersebut masih ada. Para ulama telah menafsirkan shadaqah jariyah dengan wakaf
untuk kebaikan. Seperti mewakafkan tanah, Masjid, Madrasah, rumah hunian, kebun
kurma, mushaf Al-Quran, kitab yang berguna, dan lain sebagainya.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga bersabda:
مَنْ بَنَى لِلَّهِ
مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
yang membangun masjid untuk mencari wajah Allah, niscaya Allah membangunkan
untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2.
Ilmu yang bermanfaat
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا
فَلَهُ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهِ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْعَامِلِ
“Barangsiapa
mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya,
tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.” (HR. Ibnu
Majah).
Sama
saja apakah dia mengajarkan ilmu tersebut kepada seseorang atau berupa buku
yang orang-orang mempelajarinya setelah kematiannya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, dia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
وَإِنَّ طَالِبَ
الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَالأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ
فِى الْمَاءِ (رواه ابن ماجه
“Sesungguhnya
Orang yang menuntut ilmu (syar’i) akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu
yang ada di langit dan bumi, sampai ikan-ikan yang ada di dalam lautan.” (HR.
Ibnu Majah).
Dan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى
كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ
مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa
yang menyeru kepada petunjuk (kebajikan), maka dia mendapatkan pahala
sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi
pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka
dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak
mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi,
Ibnu Majah, Ahmad, dan selainnya).
3.
Anak yang Sholeh yang mendoakan orang tuanya
Amalan
dari anaknya yang sholeh masih tetap bermanfaat bagi orang tuanya walaupun
sudah berada di liang lahat karena anak adalah hasil jerih payah orang tua yang
pantas mereka nikmati.
Jika
anak dididik dengan pendidikan agama dan akhlak yang baik, sehingga menjadi
anak sholeh, ia akan menjadi investasi dunia dan akhirat yang menguntungkan,
memberkahkan, menenangkan, sekaligus menjadi keselamatan kedua orang tuanya.
Sebalikanya jika tidak dididik dengan pendidikan aqidah dan ibadah yang benar
serta akhlak yang mulia, kemudian menjadi anak yang durhaka, ia akan menjadi
penyebab kecelakaan kedua orang tuanya.
Dengan
melakukan investasi akhirat, sesungguhnya ia meraih dua keberuntungan.
Keberuntungan dunia, ia merasakan sentuhan kepedulian berbagi bersama orang
lain, baik dengan harta, ilmu atau ahli. Sedang keuntungan akhirat, ia
merasakan pahala yang berlipat dan tidak terputus sampai kiamat.
0 komentar:
Posting Komentar