Sudah menjadi rutinitas bagi kami, santri Ponpes Nurul Burhan di setiap sore hari Jumat, ngaos sareng Surah Al Kahfi. Dengan harapan ngalap barokah dawuhe Kanjeng Nabi Muhammad seputar Fadhilah Surat AL Kahfi.
Sebelum ngaji, ada kisah yang aku dapatkan dari grup WA.
Selanjutnya aku sampaikan ke seluruh jamaah santri. Bagaimana bijaknya Kakek
dalam memberi penjelasan kepada sang cucu, kala dia bertanya-tanya:
kenapa sih kita harus membaca Al Quran yang bahasanya adalah
bahasa asing, bahkan harus diulang-ulang lagi.
Cucu : “Kek, kenapa sih kita kudu baca Al Quran
berulang, padahal Al Quran kan bukan bahasa kita?”
Kakek : “Hmmmm... (mendesah). Sebentar,coba kau
ambil wadah sampah di samping rumah, bawa ke
sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air.”
Cucu itu mengerjakan seperti yang
diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai
di rumah. Kakek tersebut tertawa dan berkata,
“Kamu harus
berusaha lebih cepat lain kali.”
Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke
sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini Cucu itu berlari lebih
cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.Dengan
terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa
sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk mengganti
keranjangnya.Kakek berkata,
“Aku tidak ingin seember air, aku ingin
sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras. ”
dan dia pergi ke luar untuk menyaksikan
cucunya mencoba lagi.
Pada saat itu, Cucu itu tahu bahwa hal ini
tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia
berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Cucu itu
kembali mengambil dan mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha
berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu
kosong lagi. Dengan terengah-engah, ia berkata :
”Kakek, ini
tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.
Sang kakek
menjawab : “Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya?. Coba lihat dan
perhatikan baik-baik keranjang itu.”
Cucu itu memperhatikan keranjangnya dan baru
ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah
berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah
keranjang yang bersih, luar dan dalam. ”
Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca
Qur’an? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi
ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam.
Subhanallah sekali bukan? Semoga setelah
membaca kisah ini, kita jadi semakin semangat membaca Al-Qur’an disertai
semangat untuk mempelajarinya. Barokallohu fik, semoga kisah ini bermanfaat.
Amin
Kedungprahu,
02 02 19
0 komentar:
Posting Komentar