Jumat, 16 September 2016

Belajar dari Pernikahan Kakakku, Cak Ali : Persiapan

Belajar dari Pernikahan Kakakku, Cak Ali

Hari yang cukup melelahkan. Hari-hari yang biasanya aku pakai untuk mengajar anak-anak, kini habiskan untuk satu perjalanan panjang. Menembus udara di sepanjang pulau Jawa, dari Sukabumi bagian barat hingga Kertosono di timur dengan menggunakan jasa transportasi kereta.
Aku tinggalkan sekolah Al Araf tempatku mengajar demi hurmatu nikah kakakku, sekaligus sungkem ke bunda yang telah aku tinggalkan tepat sebulan lalu, 10 Agustus 2016.
 
Belajar dari Pernikahan cak ALi
Sesuai jadwal KA yang tertera di tiket yang aku bawa, 09.00 aku tiba di stasiun Kertosono. Tak berselang lama, mbakku Choiriyah menjemputku. Diajaknya aku membeli roti di Toko Mutiara, desa Banaran. Darinya aku tahu jika roti iniuntuk acara kakaku yang hendak nikah.
“Ada uang lebih nggak?” tanya si Mbak.
“Buat apa?” tanyaku sambil melihat dompet yang aku bawa, yang ternyata hanya tinggal lembaran-lembaran receh dengan uang 20.000 sebagai pemimpinnya.
Si Mbak menjelaskan keinginannya untuk membantu acara ntar, dengan membeli roti. Aku sodorkan uang itu sebelum akhirnya dia kembalikan. Dia pikir akan menghabiskan uang lebih dari 100.000. eh ternyata hanya butuh uang 75.000 untuk membeli roti dua jenis kali 25 biji.


H-4 dari acara puncak pernikahan, ada tiga hal yang menjadi catatanku. Sebuah catatan untuk mengetahui aktifitas apa yang harus aku lakukan jika seandainya menikah.
Pertama, kakakku Mas Ali sedang tidak ada di rumah karena sedang melakukan Rapak. Aku kurang tahu apa sebenarbnya rapak itu. Yang pasti semacam geladi resik tentang persiapan pas akad. Berbagai pertanyaan dilontarkan, tentang keluarga, status kerja, mahar yang akan diberikan untuk si dia dan banyak lagi tentunya.
Kedua, persiapan tahlil dan penyebaran undangan. Aku hitung ada 12 undangan yang aku sebar ke tetangga dekat. Dapur rumah juga banyak mengepulkan asap, pertanda tak sedikit yang dimasak. Selain untuk undangan tahlil, makanan juga dikirim untuk tetangga yang agak jauh dan kerabat kakak-kakak yang telah menikah.
Ketiga, tahlilan. Karena bertepatan dengan malam Jumat, maka jadi double tahlilan adanya. Tahlil pasca maghrib di langgar sebagai rutinitas dan tahlil hurmatun nikah di rumah.

Aku bersykur ada dan menjadi bagian dari keluarga ini, keluarga besar dengan tingkat kerukunan yang besar pula. Rewang-rewang setiap ada acara penting, kumpul-kumpul dan yang pasti kerukunan yangv terus terjaga.
Barokallahu laka ya Cak Ali wa baaroka ‘alaikumaa Amiin.
Semoga adekmu ini segera menyusul amiiiiiiiiiiin,

Kertosono, 15 September 2016

0 komentar:

Posting Komentar