3
Tips Khutbah Agar Menarik
Dan
Tidak Menjadi Sesal di Kemudian hari
Pernahkah kalian merasakan sebuah
penyesalan selesai tampil di khalayak ramai?
Menggerutu, memaki diri dan merasa ada
yang harus dibenahi?
“Kenapa tadi aku nggak berkata begini
aja, kenapa aku nggak melakukan tindakan begitu aja?”
Jika pernah, maka sabarlah. Jangan menyerah,
apalagi sampai berkecil hati. Karena kalian tidak sendiri.
Namun aku tak pernah bangga, apalagi
sampai membanggakan diri. Kecuali jika itu suatu kebaikan.
Tapi aku yakin, kalian pasti sepakat,
kalau tampil kurang maksimal, masih bolong sana sini bukan merupakan suatu
kebanggaan. Tapi merupakan suatu yang tidak boleh dibiasakan. Kalau perlu lekas
ditanggalkan.
Masalahnya, caranya itu lho bigimana???
Hanya berdasar pengalaman, aku biasa
menggunakan 3cara untuk membuat penampilan buruk tidak kembali terulang.
Pertama, baca buku tentang cara “tips” ceramah
atau khutbah atau berbicara di depan audince. Di sana akan dijelaskan banyak
sekali cara, dari yang instan, berkala hingga bertele-tele.
Kedua, cari tokoh dai, penceramah, ustadz atau orator yang kondang
di bidangnya. Ikuti gaya yang biasa mereka pakai, praktekkan sedikit demi
sedikit hingga terbiasa.
“Ingat ya, penilaian tentang karakter itu
penting. Karakter di sini bisa diartika gaya. Gaya ceramah Zainuddin tentu
berbeda dengan Aa Gym, pun juga dengan Ustadz YM, Arifin Ilham. Namun gaya sendiri, tanpa jiplakan jauh lebih
tinggi nilainya jika hanya mengandalkan replika dari tokoh yang sudah ada,”
terang seorang ibu mentor MSQ asal Papua Barat yang juga pernah merasakan
manisnya juara tingkat nasional Indonesia, tahun 2008.
Ketiga, keluar dari zona nyaman kita. jika kita
berkarakter pemalu, maka jadilah pemberani. Jika mempunyai kata yang njelimet
dan berbelit, maka saatnya menyusun kata yang lugas dan mudah dimengerti. Dan seterusnya.
Begitu ilmu yang aku dapat dari Buku Kepribadian
Plus.
Dan satu hal yang perlu diingat. Ketiga poin
di atas tidak akan ada artinya tanpa adanya Kemauan untuk Berubah Pada Yang
Lebih Baik. Dengan selalu mengevaluasi diri, bertanya sana sini maka insyaallah
semua akan menjadi lebih baik lagi.
Khusus bautku yang selalu kaku dan
monoton selagi khutbah, maka alangkah bagusnya jika di akhir sesi dibuat
kesimpulan yang komunikatif, membuat mustamiin merenung bahkan berpikir setelah
kita menyodorkan data dan fakta.
Pernah nggak sih, kalian nyadar diri,
jika saat khutbah banyak yang tertidur?
Mungkin karena kita, khatib, penceramahnya,
kurang bisa memberi daya tarik. Konten, penampilan maupun intonasi ceramah
kita. semoga saja ada perbaikan. Amiiin
Kertosono,
17 September 2016
0 komentar:
Posting Komentar