Sabtu, 17 September 2016

3 Tips Khutbah Agar Menarik Dan Tidak Menjadi Sesal di Kemudian hari

3 Tips Khutbah Agar Menarik
Dan Tidak Menjadi Sesal di Kemudian hari

Pernahkah kalian merasakan sebuah penyesalan selesai tampil di khalayak ramai?
Menggerutu, memaki diri dan merasa ada yang harus dibenahi?
“Kenapa tadi aku nggak berkata begini aja, kenapa aku nggak melakukan tindakan begitu aja?”
Jika pernah, maka sabarlah. Jangan menyerah, apalagi sampai berkecil hati. Karena kalian tidak sendiri.
Ya, karena aku menjadi satu di antaranya.
Menjadi Daya tarik
Namun aku tak pernah bangga, apalagi sampai membanggakan diri. Kecuali jika itu suatu kebaikan.
Tapi aku yakin, kalian pasti sepakat, kalau tampil kurang maksimal, masih bolong sana sini bukan merupakan suatu kebanggaan. Tapi merupakan suatu yang tidak boleh dibiasakan. Kalau perlu lekas ditanggalkan.
Masalahnya, caranya itu lho bigimana???

Hanya berdasar pengalaman, aku biasa menggunakan 3cara untuk membuat penampilan buruk tidak kembali terulang.
Pertama, baca buku tentang cara “tips” ceramah atau khutbah atau berbicara di depan audince. Di sana akan dijelaskan banyak sekali cara, dari yang instan, berkala hingga bertele-tele.
Kedua, cari tokoh dai, penceramah, ustadz atau orator yang kondang di bidangnya. Ikuti gaya yang biasa mereka pakai, praktekkan sedikit demi sedikit hingga terbiasa.

“Ingat ya, penilaian tentang karakter itu penting. Karakter di sini bisa diartika gaya. Gaya ceramah Zainuddin tentu berbeda dengan Aa Gym, pun juga dengan Ustadz YM, Arifin Ilham.  Namun gaya sendiri, tanpa jiplakan jauh lebih tinggi nilainya jika hanya mengandalkan replika dari tokoh yang sudah ada,” terang seorang ibu mentor MSQ asal Papua Barat yang juga pernah merasakan manisnya juara tingkat nasional Indonesia, tahun 2008.
Ketiga, keluar dari zona nyaman kita. jika kita berkarakter pemalu, maka jadilah pemberani. Jika mempunyai kata yang njelimet dan berbelit, maka saatnya menyusun kata yang lugas dan mudah dimengerti. Dan seterusnya.
Begitu ilmu yang aku dapat dari Buku Kepribadian Plus.

Dan satu hal yang perlu diingat. Ketiga poin di atas tidak akan ada artinya tanpa adanya Kemauan untuk Berubah Pada Yang Lebih Baik. Dengan selalu mengevaluasi diri, bertanya sana sini maka insyaallah semua akan menjadi lebih baik lagi.

Khusus bautku yang selalu kaku dan monoton selagi khutbah, maka alangkah bagusnya jika di akhir sesi dibuat kesimpulan yang komunikatif, membuat mustamiin merenung bahkan berpikir setelah kita menyodorkan data dan fakta.
Pernah nggak sih, kalian nyadar diri, jika saat khutbah banyak yang tertidur?
Mungkin karena kita, khatib, penceramahnya, kurang bisa memberi daya tarik. Konten, penampilan maupun intonasi ceramah kita. semoga saja ada perbaikan. Amiiin
Kertosono, 17 September 2016



0 komentar:

Posting Komentar