Kamis, 07 Juli 2016

MADUMONGSO: Warisan Makanan Kuno

MADUMONGSO: Warisan Makanan Kuno

Sudah menjadi tradisi yang turun temurun dalam keluargaku, beberapa hari menjelang lebaran atau lebih tepatnya H-7, ibuku selalu kebanjiran order makanan. Entah sekedar buat suguhan, lamaran atau makanan untuk acara resepsi nikahan, order ini selalu saja ramai tak kepalang. Sepanjang hari tersebut, aku mencatat 5 loyang besar makanan habis  terjual. Ada yang pesanan ada juga yang dijual eceran.
 
MADUMONGSO: Warisan Makanan Kuno
Order yang paling laku dan memang diburu adalah madumongso dan jenang. Dua makanan khas khas Jawa yang terbilang kuno dan menjadi warisan nenek moyang. Padahal dari percakapan yang aku dapatkan, bukan mereka tak mampu membuat makanan unik ini, namun kemampuan tenaga yang diperlukan seolah mengalahkan produksinya. Kenapa memangnya?


Madumongso dan jenang adalah dua makanan yang berbeda bahan dasarnya. Makanan yang terakhir berbahan dasar tepung ketan dan gula putih, sementara madumongso mempunyai bahan dasar ketan merah dan hitam plus gula jawa. Untuk memperoleh hasil yang maksimal butuh waktu yang relatif lama, dari proses memasukkan bahan hingga pengadukan kurang lebih 6-7 jam.

Pantas saja, ibu-ibu yang biasa memesan bilang kalau mereka sudah tak memiliki kekuatan untuk bersusah payah melakukan pengadukan. Meski sebenarnya mereka bisa.
“Dulu aku suka bikin 3 sampai 5 kilo, namun karena usia sudah tua, tenaga tidak ada. Mau tak mau mendingan pesan saja,” ujar seorang ibu jujur.

Ah, aku bersyukur mempunyai ibu yang dipercaya membuatkan madumongso atau jenang untuk mereka. Sungguh satu warisan kuno yang indah yang harus aku pelihara dan wajib aku kuasai supaya tidak hilang bersama hilangnya ibuku kelak.
Kertosono, 07 Juli 2016



0 komentar:

Posting Komentar