“Mumpung masih muda, tenaga juga masih ada. Ngaji sing mempeng, tenanan. Kitab opo wae, dipelajari,” nasehat Abah Yai Sun, kyai senior di daerah Pagerwojo, Perak.
Pagerwojo merupakan desa
kecil di pinggiran Kecamatan Perak. Dari dulu hingga sekarang, desa ini selalu
menghasilkan ulama-ulama panutan, kyai-kyai sekaliber desa hingga kecamatan. Selain
Abah Yai Sun, masih ada juga Mbah Yai Masduqi Abdurrohman, pengasuh Pesantren Roudhatu
Tahfizh Quran.
Di desa ini pula terdapat
makam wali penyebar agama Islam di wilayah Jombang dan seitarnya. Sayyid Abdurrohman,
yang makamnya terletak di Masjid Pagerwojo. Beliau merupakan salah satu
keturunan dari Sunan Gunungjati Cirebon. Banyak kisah yang aku dapatkan tentang
desa ini dari Emakku, yang asli keturunan orang Pagerwojo.
“Dulu saya, saking
pengennya memahami kitab ta’lim
mutaallim. Saya sampai mengkhatamkannya sebanyak 14x di bawah bimbingan Mbah
Yai Mahrus, Lirboyo,” Abah yai Sun melanjutkan nasehatnya. Beliau memperlihatkan
ratusan kitab yang berjajar rapih di rak lemarinya. Selama lebih kurang 13
tahun mondok (1963 -1976) di daerah Kediri. Pulang langsung dipasrahi mengajar
ngaji.
Satu hal yang amat
ditekankan kepada kami saat sowan kepada beliau adalah untuk tekun dalam
mengaji,”dulu Mbah Kaji Hamid Kerosono (suami dari Mbah Nyai Fatimah – Mbahku)
bilang – Sun, nak ngaji sing temenan. Kitab opo wae, dipelajari. Nderek kaleh
dawuhe Poro Yai. Wes to, nggak bakalan rugi.” -Sun, kalau kamu ngaji, yang
tekun. Kitab apa saja dipelajari. Ikut apa yang disampaikan oleh Kyai. Insyaallah
gak bakal merugi.-
Alhasil, nasehat itu
setidaknya melecut beliau hingga saat ini. Ada banyak pengajian yang beliau
isi, belum beberapa madrash dan TPQ.
Semoga ilmu dan semangat beliau,
terwaris kepada kami. Amiiin
Ngawi, 06 Juni 2020.
0 komentar:
Posting Komentar