Sabtu, 06 Juni 2020

Nasehat Yai Sun - Ngaji Seing Tenanan

“Mumpung masih muda, tenaga juga masih ada. Ngaji sing mempeng, tenanan. Kitab opo wae, dipelajari,” nasehat Abah Yai Sun, kyai senior di daerah Pagerwojo, Perak.     Pagerwojo merupakan desa kecil di pinggiran Kecamatan Perak. Dari dulu hingga sekarang, desa ini selalu menghasilkan ulama-ulama panutan, kyai-kyai sekaliber desa hingga kecamatan. Selain Abah Yai Sun, masih ada juga Mbah Yai Masduqi Abdurrohman, pengasuh Pesantren Roudhatu Tahfizh Quran.  Di desa ini pula terdapat makam wali penyebar agama Islam di wilayah Jombang dan seitarnya. Sayyid Abdurrohman, yang makamnya terletak di Masjid Pagerwojo. Beliau merupakan salah satu keturunan dari Sunan Gunungjati Cirebon. Banyak kisah yang aku dapatkan tentang desa ini dari Emakku, yang asli keturunan orang Pagerwojo.     “Dulu saya, saking pengennya memahami kitab  ta’lim mutaallim. Saya sampai mengkhatamkannya sebanyak 14x di bawah bimbingan Mbah Yai Mahrus, Lirboyo,” Abah yai Sun melanjutkan nasehatnya. Beliau memperlihatkan ratusan kitab yang berjajar rapih di rak lemarinya. Selama lebih kurang 13 tahun mondok (1963 -1976) di daerah Kediri. Pulang langsung dipasrahi mengajar ngaji.     Satu hal yang amat ditekankan kepada kami saat sowan kepada beliau adalah untuk tekun dalam mengaji,”dulu Mbah Kaji Hamid Kerosono (suami dari Mbah Nyai Fatimah – Mbahku) bilang – Sun, nak ngaji sing temenan. Kitab opo wae, dipelajari. Nderek kaleh dawuhe Poro Yai. Wes to, nggak bakalan rugi.” -Sun, kalau kamu ngaji, yang tekun. Kitab apa saja dipelajari. Ikut apa yang disampaikan oleh Kyai. Insyaallah gak bakal merugi.-     Alhasil, nasehat itu setidaknya melecut beliau hingga saat ini. Ada banyak pengajian yang beliau isi, belum beberapa madrash dan TPQ.  Semoga ilmu dan semangat beliau, terwaris kepada kami. Amiiin  Ngawi, 06 Juni 2020.
“Mumpung masih muda, tenaga juga masih ada. Ngaji sing mempeng, tenanan. Kitab opo wae, dipelajari,” nasehat Abah Yai Sun, kyai senior di daerah Pagerwojo, Perak.

 

Pagerwojo merupakan desa kecil di pinggiran Kecamatan Perak. Dari dulu hingga sekarang, desa ini selalu menghasilkan ulama-ulama panutan, kyai-kyai sekaliber desa hingga kecamatan. Selain Abah Yai Sun, masih ada juga Mbah Yai Masduqi Abdurrohman, pengasuh Pesantren Roudhatu Tahfizh Quran.

Di desa ini pula terdapat makam wali penyebar agama Islam di wilayah Jombang dan seitarnya. Sayyid Abdurrohman, yang makamnya terletak di Masjid Pagerwojo. Beliau merupakan salah satu keturunan dari Sunan Gunungjati Cirebon. Banyak kisah yang aku dapatkan tentang desa ini dari Emakku, yang asli keturunan orang Pagerwojo.

 

“Dulu saya, saking pengennya memahami kitab  ta’lim mutaallim. Saya sampai mengkhatamkannya sebanyak 14x di bawah bimbingan Mbah Yai Mahrus, Lirboyo,” Abah yai Sun melanjutkan nasehatnya. Beliau memperlihatkan ratusan kitab yang berjajar rapih di rak lemarinya. Selama lebih kurang 13 tahun mondok (1963 -1976) di daerah Kediri. Pulang langsung dipasrahi mengajar ngaji.

 

Satu hal yang amat ditekankan kepada kami saat sowan kepada beliau adalah untuk tekun dalam mengaji,”dulu Mbah Kaji Hamid Kerosono (suami dari Mbah Nyai Fatimah – Mbahku) bilang – Sun, nak ngaji sing temenan. Kitab opo wae, dipelajari. Nderek kaleh dawuhe Poro Yai. Wes to, nggak bakalan rugi.” -Sun, kalau kamu ngaji, yang tekun. Kitab apa saja dipelajari. Ikut apa yang disampaikan oleh Kyai. Insyaallah gak bakal merugi.-

 

Alhasil, nasehat itu setidaknya melecut beliau hingga saat ini. Ada banyak pengajian yang beliau isi, belum beberapa madrash dan TPQ.

Semoga ilmu dan semangat beliau, terwaris kepada kami. Amiiin

Ngawi, 06 Juni 2020.


0 komentar:

Posting Komentar