Jumat, 20 Mei 2016

TEMAN-TEMAN Keluarga Besar TELUK WONDAMA

TEMAN-TEMAN
Keluarga Besar TELUK WONDAMA

Benarlah apa sabda baginda Nabi besar Muhammad SAW, jika silaturahim bisa menjadi perantara terbukanya rizki. Bermacam-macam rizki malahan, bisa berupa uang, kesehatan, kebahagiaan dan banyak lagi.
Itu pula yang aku rasakan saat berada di dalam kafilah MTQ Teluk Wondama. Satu-satunya kawan yang aku kenal sebelumnya adalah Hasyim, suami dari temanku di pesantren, Laela.

Keluarga Besar Teluk Wondama
Saat pertama kali kali menginjakkan kaki di bandara Manokwari, hanya satu nama yang aku kantongi sebagai orang yang mengajakku ikutan MTQ. Abang Nisfu namanya, orang Medan. Entah apa sebab nuzulnya dengan memakai nama nisfu, padahal kan nama itu leebih tenar untuk penggunaan ibadah di bulan Sya’ban. Saat di mana amal catatan perbuatan manusia diangkat ke hadapan Allah SWT. Mungkin ada kaitannya dengan itu. Selebihnya aku tak tahu.

Setelah sampai di hotel, aku diisatukan dengan peserta asal lebak, Banten sekaligus calon peserta MSQ di sini, Rahmatullah namanya. Hal pertama yang berkesan darinya untukku adalah kebiasaan dia yang begitu rajin merokok dalam ruang kamar yang notabene ber AC. Alamaak.. uhuk uhuk.

Secara beruntun aku mengenal kawan yang sama-sama perokok di usianya yang masih SMP, Kukuh Adesta, peserta Tilawah Anak-anak. Ada juga Baehaqi, peserta 5 Juz Pa. Dia berada di kamar sebelah bersama kang Fauzi, Tilawah Dewasa. Semua berasal dari daerah yang sama, Banten.

Di Hilux Car, dalam detik-detik menegangkan perjalanan darat menuju teluk Bintuni, semobil bersamaku, Ade Herlan dari Makassar, peserta Kaligrafi, Fai dan papanya yang ofisial. Tapi aku lupa namanya.

Keakraban semakin kental saat kita bersama menempati penginapan yang terbilang sederhana untuk ukuran MTQ tingkat provinsi, meski wajar untuk penyelenggaraan MTQ di daerah yang mayoritas non muslim.
Badruddin, peserta Tilawah. Aa Rofi, di tingkat 10 Juz, Adnan di cabang 20 Juz dan Nisfu Medan yang mengisi pos 30 Juz. Bang Syawal, tilawah remaja dan adek-adek pribumi yang amat aku sesali tidak mengenalinya satu persatu. Lebih aku sesali sebenarnya teteh-teteh peserta MTQ yang tak satupun aku mengenalnya, kecuali Suci, karena dia yang sering disebut sebagai calon pengantin dari peserta Tilawah Remaja di kafilah ini.

Untuk pengurus sendiri, sedikit yang aku kenal. Di antaranya, Bapak tete Wasior, Pak Andri, Pak Jafar, Pak Basri, pak Amiruddin dan beberapa di antaranya yang tak sanggup akun sebut.
Satu hal yang aku harapkan, apalgi setelah terbentuk gurup Medsos di whatsapp, silaturrahim ini tak hanya berhenti sampai di sini. Akan tetapi bisa berlanjut ke hal yang lebih besar lagi. Amiiiiiin.

Teluk Bintuni, 19 Mei 2016

0 komentar:

Posting Komentar