TEMAN-TEMAN
Keluarga Besar TELUK WONDAMA
Benarlah apa sabda baginda Nabi besar
Muhammad SAW, jika silaturahim bisa menjadi perantara terbukanya rizki. Bermacam-macam
rizki malahan, bisa berupa uang, kesehatan, kebahagiaan dan banyak lagi.
Itu pula yang aku rasakan saat berada di
dalam kafilah MTQ Teluk Wondama. Satu-satunya kawan yang aku kenal sebelumnya
adalah Hasyim, suami dari temanku di pesantren, Laela.
Keluarga Besar Teluk Wondama |
Saat pertama kali kali menginjakkan kaki di
bandara Manokwari, hanya satu nama yang aku kantongi sebagai orang yang
mengajakku ikutan MTQ. Abang Nisfu namanya, orang Medan. Entah apa sebab
nuzulnya dengan memakai nama nisfu, padahal kan nama itu leebih tenar untuk
penggunaan ibadah di bulan Sya’ban. Saat di mana amal catatan perbuatan manusia
diangkat ke hadapan Allah SWT. Mungkin ada kaitannya dengan itu. Selebihnya aku
tak tahu.
Setelah sampai di hotel, aku diisatukan
dengan peserta asal lebak, Banten sekaligus calon peserta MSQ di sini,
Rahmatullah namanya. Hal pertama yang berkesan darinya untukku adalah kebiasaan
dia yang begitu rajin merokok dalam ruang kamar yang notabene ber AC. Alamaak..
uhuk uhuk.
Secara beruntun aku mengenal kawan yang
sama-sama perokok di usianya yang masih SMP, Kukuh Adesta, peserta Tilawah
Anak-anak. Ada juga Baehaqi, peserta 5 Juz Pa. Dia berada di kamar sebelah
bersama kang Fauzi, Tilawah Dewasa. Semua berasal dari daerah yang sama, Banten.
Di Hilux Car, dalam detik-detik menegangkan
perjalanan darat menuju teluk Bintuni, semobil bersamaku, Ade Herlan dari
Makassar, peserta Kaligrafi, Fai dan papanya yang ofisial. Tapi aku lupa
namanya.
Keakraban semakin kental saat kita bersama
menempati penginapan yang terbilang sederhana untuk ukuran MTQ tingkat
provinsi, meski wajar untuk penyelenggaraan MTQ di daerah yang mayoritas non
muslim.
Badruddin, peserta Tilawah. Aa Rofi, di
tingkat 10 Juz, Adnan di cabang 20 Juz dan Nisfu Medan yang mengisi pos 30 Juz.
Bang Syawal, tilawah remaja dan adek-adek pribumi yang amat aku sesali tidak
mengenalinya satu persatu. Lebih aku sesali sebenarnya teteh-teteh peserta MTQ
yang tak satupun aku mengenalnya, kecuali Suci, karena dia yang sering disebut
sebagai calon pengantin dari peserta Tilawah Remaja di kafilah ini.
Untuk pengurus sendiri, sedikit yang aku
kenal. Di antaranya, Bapak tete Wasior, Pak Andri, Pak Jafar, Pak Basri, pak
Amiruddin dan beberapa di antaranya yang tak sanggup akun sebut.
Satu hal yang aku harapkan, apalgi setelah
terbentuk gurup Medsos di whatsapp, silaturrahim ini tak hanya berhenti sampai
di sini. Akan tetapi bisa berlanjut ke hal yang lebih besar lagi. Amiiiiiin.
Teluk
Bintuni, 19 Mei 2016
0 komentar:
Posting Komentar