DARI
JUANDA HINGGA PAPUA
Bagiku mengelilingi Indonesia
merupakan sebuah impian yang harus bisa diwujudkan. Negeri dengan puluhan ribu
pulau yang dikelilingi oleh lautan dan samudra. Negeri dengan beragam suku,
bahasa dan budaya.negeri dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia.Dan
beragam keaneka ragaman lainnya.
Makanya tanpa perlu berpikir
panjang aku mengiyakan tawaran seorang kawan, kala dia mengajakku musabaqah ke
tanah papua, tempat asing yang hanya aku dengar melalui qila wa qaala.
Persiapan Devile |
Selama ini daerah “jajahanku”
hanya di Provinsi Jabar, Banten dan Kepri. Ada apa dengan Papua?
Juanda menjadi bandara pertama
yang aku singgahi, jadwal yang aku dapati tepat di pukul 23.00 malam hari.
Masak iya ada penerbangan di
malam hari, gumamku lirih.
Dan aku patut mengucap syukur
bisa sampai bandara setelah menaiki kendaraan bus Eka dan Damri. Tidak perlu
menyewa hotel karena telat chek in seperti kejadian empat tahun lalu di bandara
Soetta. Padahal pesawat masih belum take off. Alhamdulillah.
“Mbak,setelah transit di
Makassar apa pelu pindah pesawat?” tanyaku pada pramugari.
“Nanti diberi kabar lagi
setelah sampai di Makassar Mas,” jawabnya singkat.
Juanda-Makassar-Manokwari.
Aku tempuh selama hampir 5 jam,
dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 06,00 WIT.
Pengalaman pertama naik pesawat
setelah dua tahun tidak mengudara. Dan waktuku lebih banyak aku habiskan dengan
tidur di dalamnya. Maklum, di luar gelap.
Dari Manokwari aku bertemu
rombongan yang ternyata sekafilah, sama-sama dari utusan Teluk Wondama. Di sini
kita diinapkan satu malam di Hotel Billy. Karena besok masih ada perjalanan
darat yang lebih ekstrim. Sebuah perjalanan yang memakan waktu sekitar 7 jam
menuju lokasi tempat dilakukan even Musabaqah Tingkat Provinsi Papua Barat
dengan tuan rumahnya Kabupaten Teluk Bintuni.
Benar saja, perjalanan darat
ini bukan sembarang perjalanan. Tak semua mobil bisa melewati jalanan ini. Jalan
beraspal yang dibangun memanjang membelah gunung, menyambungkan 3 Kabupten
sekaligus, Manokwari, manokwari Selatan dan Teluk Bintuni di sebelah kanan. Semntara
di sebelah kiri tembus sampai kabupaten Teluk Wondama. Hanya mobil HILUX saja
yang halal untuk ditumpangi. Pantas saja panitia berkata, “nikmati saja
perjalanannya besok.”
Hasilnya, “ini tak ubahnya
offroad di gunung-gunung dan hutan,” ujar kawan yang semobil denganku, Bang Ade
Herlan dari Makassar.
Total perjalanan pergi dan
pulang 12 hari, dari tanggal 10 Mei hingga 22 Mei.
Tepat di hari yang ditentukan,
aku pulang.
Bintuni-Manokwari-Sorong-Makassar
dan berakhir di Juanda.
Perjalanan yang melelahkan
namun sarat dengan pengalaman dan pelajaran.
Meski tak satupun medali yang
aku sabet, namun tetap aku bisa tegak kepala. Menerima semuanya.
Goodbye Wondama
Goodbye Papua.
Semoga suatu saat aku bisa
berjumpa dengan kalian semua!!!
Kertosono,
25 Mei 2016
0 komentar:
Posting Komentar