Rabu, 25 Mei 2016

DARI JUANDA HINGGA PAPUA

DARI JUANDA HINGGA PAPUA

Bagiku mengelilingi Indonesia merupakan sebuah impian yang harus bisa diwujudkan. Negeri dengan puluhan ribu pulau yang dikelilingi oleh lautan dan samudra. Negeri dengan beragam suku, bahasa dan budaya.negeri dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia.Dan beragam keaneka ragaman lainnya.
Makanya tanpa perlu berpikir panjang aku mengiyakan tawaran seorang kawan, kala dia mengajakku musabaqah ke tanah papua, tempat asing yang hanya aku dengar melalui qila wa qaala.
Persiapan Devile


Selama ini daerah “jajahanku” hanya di Provinsi Jabar, Banten dan Kepri. Ada apa dengan Papua?
Juanda menjadi bandara pertama yang aku singgahi, jadwal yang aku dapati tepat di pukul 23.00 malam hari.
Masak iya ada penerbangan di malam hari, gumamku lirih.
Dan aku patut mengucap syukur bisa sampai bandara setelah menaiki kendaraan bus Eka dan Damri. Tidak perlu menyewa hotel karena telat chek in seperti kejadian empat tahun lalu di bandara Soetta. Padahal pesawat masih belum take off. Alhamdulillah.
“Mbak,setelah transit di Makassar apa pelu pindah pesawat?” tanyaku pada pramugari.
“Nanti diberi kabar lagi setelah sampai di Makassar Mas,” jawabnya singkat.

Juanda-Makassar-Manokwari.
Aku tempuh selama hampir 5 jam, dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 06,00 WIT.
Pengalaman pertama naik pesawat setelah dua tahun tidak mengudara. Dan waktuku lebih banyak aku habiskan dengan tidur di dalamnya. Maklum, di luar gelap.
Dari Manokwari aku bertemu rombongan yang ternyata sekafilah, sama-sama dari utusan Teluk Wondama. Di sini kita diinapkan satu malam di Hotel Billy. Karena besok masih ada perjalanan darat yang lebih ekstrim. Sebuah perjalanan yang memakan waktu sekitar 7 jam menuju lokasi tempat dilakukan even Musabaqah Tingkat Provinsi Papua Barat dengan tuan rumahnya Kabupaten Teluk Bintuni.
Benar saja, perjalanan darat ini bukan sembarang perjalanan. Tak semua mobil bisa melewati jalanan ini. Jalan beraspal yang dibangun memanjang membelah gunung, menyambungkan 3 Kabupten sekaligus, Manokwari, manokwari Selatan dan Teluk Bintuni di sebelah kanan. Semntara di sebelah kiri tembus sampai kabupaten Teluk Wondama. Hanya mobil HILUX saja yang halal untuk ditumpangi. Pantas saja panitia berkata, “nikmati saja perjalanannya besok.”
Hasilnya, “ini tak ubahnya offroad di gunung-gunung dan hutan,” ujar kawan yang semobil denganku, Bang Ade Herlan dari Makassar.
Total perjalanan pergi dan pulang 12 hari, dari tanggal 10 Mei hingga 22 Mei.
Tepat di hari yang ditentukan, aku pulang.
Bintuni-Manokwari-Sorong-Makassar dan berakhir di Juanda.

Perjalanan yang melelahkan namun sarat dengan pengalaman dan pelajaran.
Meski tak satupun medali yang aku sabet, namun tetap aku bisa tegak kepala. Menerima semuanya.
Goodbye Wondama
Goodbye Papua.
Semoga suatu saat aku bisa berjumpa dengan kalian semua!!!
Kertosono, 25 Mei 2016


0 komentar:

Posting Komentar