Selasa, 01 November 2016

Figur Sekolah: Pentingkah?

Figur Sekolah: Pentingkah?

“Kamu masih sekolah atau sudah kuliah?” tanyaku suatu hari pada seorang anak muda yang baru aku kenal di Tangerang Selatan beberapa waktu lalu.
“Masih kelas 2 MA Mas,” jawabnya.
“Sekolah biasa atau sambil mondok?” tanyaku lagi.
Pemimpin adalah figur publik di sekolah

“Mondok Mas, di daerah Cikembar,”ujarnya sambil menyebut nama pesantren tempat dia nyantri.
Aku hanya manggut-manggut, tanda mengerti atau lebih tepatnya pura-pura mengerti. Nama pesantrennya Mambaul Hikmah. Aku tak sanggup mendengar jelas saat dia menyebut nama kiyai yang memimpin di sana.
Pantesan.


Hal yang hampir serupa aku rasakan saat berbaur di masyarakat. Sebagai seorang jawa tulen yang kental dengan dunia pesantren, pertanyaan-pertanyaan di atas bukan hal yang asing. Ujung-ujungnya,
“siapa pimpinan pesantren di sana?”
“siapa kepala sekolahnya sekarang?”
Apa yang terjadi selanjutnya, “oh itu, tau tau. Beliau kiyai yang luar biasa. Santri ribuan menyebar di nusantara....”
Begitulah percakapan yang tiada habisnya tentang figur seorang pemimpin.
Lalu, seberapa pentingnya Figur pemimpin di dalam sekolah?

Jujur saja, aku kurang tahu masalah ini. Namun jika melihat fakta di lapangan. Figur pemimpin dalam sekolah, khususnya pesantren amat sangat penting.
“Kalau melihat perkembangan sekolah ini dari tahun ke tahun, tampaknya di sini terlihat jelas seperti kekurangan figur. Lihat saja beberapa gurunya yang keluar masuk. Mungkin pemilik sekolah ini lebih menitikberatkan pada sisi bisnis. Seharusnya siapapun pemilknya atau donaturnya, sebaiknya mereka cari dulu siapa yang akan memimpin. Serahkan segalanya. Biar pengolah yang mengatur tanpa ada campur tangan,” ujar serang wali santri kepadaku.

Ada benarnya juga, kadang sekolah dilihat dari profil pemimpinnya, kebiasaan yang sering dilakukan atau prestasi yang telah mereka capai. Sebutlah pesantren-pesantren terenal, Tebu Ireng dengan KH. Hasim Asyari nya, Lirboyo dengan KH. Marzuqi Idris nya, Daarut Tauhid dengan Aa gym nya, Darul Quran denga Ust. Yusuf mansur nya dan sebagainya.

Karena, meski tak semua orang berpandangan sama. Aku yakin hampir kebanyakan orang akan melihat profil sekolah yang akan mereka datangi, apa kegiatan sehari-harinya, apa program unggulannya, siapa pemiliknya dan siapa pula pimpinan di asramanya, di sekolahnya, di pesantrennya.
Kesimpulannya, Figur Pimpinan itu penting.
Lalu, jika tidak ada figur. Ya kenapa nggak mempersiapkan diri menjadi figur aja.
Tentu figur yang baik lho.
Yang bisa menjadi suri tauladan buat yang lainnya.

Sukabumi, 01 Nopember 2016

0 komentar:

Posting Komentar