Figur Sekolah: Pentingkah?
“Kamu
masih sekolah atau sudah kuliah?” tanyaku suatu hari pada seorang anak muda
yang baru aku kenal di Tangerang Selatan beberapa waktu lalu.
“Masih
kelas 2 MA Mas,” jawabnya.
“Mondok
Mas, di daerah Cikembar,”ujarnya sambil menyebut nama pesantren tempat dia
nyantri.
Aku
hanya manggut-manggut, tanda mengerti atau lebih tepatnya pura-pura mengerti. Nama
pesantrennya Mambaul Hikmah. Aku tak sanggup mendengar jelas saat dia menyebut
nama kiyai yang memimpin di sana.
Pantesan.
Hal
yang hampir serupa aku rasakan saat berbaur di masyarakat. Sebagai seorang jawa
tulen yang kental dengan dunia pesantren, pertanyaan-pertanyaan di atas bukan
hal yang asing. Ujung-ujungnya,
“siapa
pimpinan pesantren di sana?”
“siapa
kepala sekolahnya sekarang?”
Apa
yang terjadi selanjutnya, “oh itu, tau tau. Beliau kiyai yang luar biasa. Santri
ribuan menyebar di nusantara....”
Begitulah
percakapan yang tiada habisnya tentang figur seorang pemimpin.
Lalu,
seberapa pentingnya Figur pemimpin di dalam sekolah?
Jujur
saja, aku kurang tahu masalah ini. Namun jika melihat fakta di lapangan. Figur pemimpin
dalam sekolah, khususnya pesantren amat sangat penting.
“Kalau
melihat perkembangan sekolah ini dari tahun ke tahun, tampaknya di sini
terlihat jelas seperti kekurangan figur. Lihat saja beberapa gurunya yang
keluar masuk. Mungkin pemilik sekolah ini lebih menitikberatkan pada sisi
bisnis. Seharusnya siapapun pemilknya atau donaturnya, sebaiknya mereka cari
dulu siapa yang akan memimpin. Serahkan segalanya. Biar pengolah yang mengatur
tanpa ada campur tangan,” ujar serang wali santri kepadaku.
Ada
benarnya juga, kadang sekolah dilihat dari profil pemimpinnya, kebiasaan yang
sering dilakukan atau prestasi yang telah mereka capai. Sebutlah pesantren-pesantren
terenal, Tebu Ireng dengan KH. Hasim Asyari nya, Lirboyo dengan KH. Marzuqi
Idris nya, Daarut Tauhid dengan Aa gym nya, Darul Quran denga Ust. Yusuf mansur
nya dan sebagainya.
Karena,
meski tak semua orang berpandangan sama. Aku yakin hampir kebanyakan orang akan
melihat profil sekolah yang akan mereka datangi, apa kegiatan sehari-harinya,
apa program unggulannya, siapa pemiliknya dan siapa pula pimpinan di asramanya,
di sekolahnya, di pesantrennya.
Kesimpulannya,
Figur Pimpinan itu penting.
Lalu,
jika tidak ada figur. Ya kenapa nggak mempersiapkan diri menjadi figur aja.
Tentu
figur yang baik lho.
Yang
bisa menjadi suri tauladan buat yang lainnya.
Sukabumi, 01 Nopember 2016
0 komentar:
Posting Komentar