Aku dan
Gadis Ngawi
Kalau boleh jujur, sudah lama aku nggak menulis karya
tulis seperti ini. Padahal bulan Maret sudah memasuki hari yang ke-18, namun
entah kenapa rasa malas selalu menggelayuti diri. Aku yang pada tahun lalu
mencanangkan private programme, One Day One Post alias Satu Hari Satu Kali
nge-Post tulisan ealadalaa…. Malah kagak pernah. Jangankan menulis, pegang
laptop aja jarang.
Parah….
Tapi tak apalah. Pepatah Inggris bilang, Better
Late Than Never. Artinya, lebih baik telat daripada tidak sama sekali.
Dan tulisanku ini menjadi tulisan pertama di bulan ini. Telat sih, tapi tak apa. Daripada tidak sama sekali.
Judulnya tentang Aku dan Gadis Ngawi, bercerita tentang
kondisiku saat ini yang sedang menanti detik-detik pernikahan dengan dia. Ya
gadis Ngawi, tepatnya di Kedungprahu, Widodaren.
Entah kenapa, hari-hariku ini diliputi dengan keraguan,
kegamangan dan kekhawatiran. Padahal perjalanan cintaku dipenuhi dengan hal-hal
yang tak bisa aku selesaikan hanya dengan menulis karya ataupun bercerita.
Tapi pada akhirnya, hanya Allah Yang Mengatur segalanya,
termasuk soal jodoh dan rizki. Dan aku hanya berharap ini adalah bagian dari
takdir terbaik yang Dia takdirkan untukku.
Menikah dengan gadis yang baru aku kenal belum genap
setahun lalu. Yang aku ingat adalah saat puasa Ramadhan tahun lalu, sepulang
dari mengikuti Lomba Tahfizh Jannatul Firdausi Jilid II. Kuberanikan diri
mendatangi orangtuanya, memperkenalkan diri sambil aku berusaha untuk mengenalnya.
Dan, jika aku boleh jujur. Aku sendiri tidak tahu alasan
apa aku mencintai nya. Menurutku, anaknya biasa saja, dari kalangan santri,
putra kyai, punya pesantren yang berpengaruh di daerahnya. Tapi lagi-lagi bukan
itu alasan yang membuatku berani memberikan lampu hijau orangtua untuk
melamarnya. Jadi dengan alasan apa aku mencintainya?
Hmmmm,,, apakah cinta butuh alasan bang? (sebuah
cupilkan pertanyaan dari adek bungsu Raditya Dika kepada abangnya saat si abang
putus nyambung putus nyambung dengan wanita.)
Tapi kini, apapun yang terjadi semua proses sudah aku
jalani. Tinggal selangkah lagi menuju akad pernikahan yang katanya begitu
sangat mendebarkan.
Bismillah, dengan bantuan dari-Mu ya Allah, karuniakan
kepadaku cinta kepada pengantinku, Ikhfi Kholifatul Lutfiah seperti
dalamnya cinta-Mu kepada kekasih-Mu Muhammad SAW atau seperti cinta suci Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya.
Amiiin Amiiin Ya Robbal ‘Alamiiin
Keretosono,
18 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar