Selasa, 21 Maret 2017

Aku dan Gadis Ngawi

Aku dan Gadis Ngawi

Aku dan Gadis Ngawi
Kalau boleh jujur, sudah lama aku nggak menulis karya tulis seperti ini. Padahal bulan Maret sudah memasuki hari yang ke-18, namun entah kenapa rasa malas selalu menggelayuti diri. Aku yang pada tahun lalu mencanangkan private programme, One Day One Post alias Satu Hari Satu Kali nge-Post tulisan ealadalaa…. Malah kagak pernah. Jangankan menulis, pegang laptop aja jarang.
Parah….


Tapi tak apalah. Pepatah Inggris bilang, Better Late Than Never. Artinya, lebih baik telat daripada tidak sama sekali. Dan tulisanku ini menjadi tulisan pertama di bulan ini. Telat sih, tapi tak apa. Daripada tidak sama sekali.

Judulnya tentang Aku dan Gadis Ngawi, bercerita tentang kondisiku saat ini yang sedang menanti detik-detik pernikahan dengan dia. Ya gadis Ngawi, tepatnya di Kedungprahu, Widodaren.

Entah kenapa, hari-hariku ini diliputi dengan keraguan, kegamangan dan kekhawatiran. Padahal perjalanan cintaku dipenuhi dengan hal-hal yang tak bisa aku selesaikan hanya dengan menulis karya ataupun bercerita.

Tapi pada akhirnya, hanya Allah Yang Mengatur segalanya, termasuk soal jodoh dan rizki. Dan aku hanya berharap ini adalah bagian dari takdir terbaik yang Dia takdirkan untukku.
Menikah dengan gadis yang baru aku kenal belum genap setahun lalu. Yang aku ingat adalah saat puasa Ramadhan tahun lalu, sepulang dari mengikuti Lomba Tahfizh Jannatul Firdausi Jilid II. Kuberanikan diri mendatangi orangtuanya, memperkenalkan diri sambil aku berusaha untuk mengenalnya.

Dan, jika aku boleh jujur. Aku sendiri tidak tahu alasan apa aku mencintai nya. Menurutku, anaknya biasa saja, dari kalangan santri, putra kyai, punya pesantren yang berpengaruh di daerahnya. Tapi lagi-lagi bukan itu alasan yang membuatku berani memberikan lampu hijau orangtua untuk melamarnya. Jadi dengan alasan apa aku mencintainya?
Hmmmm,,, apakah cinta butuh alasan bang? (sebuah cupilkan pertanyaan dari adek bungsu Raditya Dika kepada abangnya saat si abang putus nyambung putus nyambung dengan wanita.)

Tapi kini, apapun yang terjadi semua proses sudah aku jalani. Tinggal selangkah lagi menuju akad pernikahan yang katanya begitu sangat mendebarkan.
Bismillah, dengan bantuan dari-Mu ya Allah, karuniakan kepadaku cinta kepada pengantinku, Ikhfi Kholifatul Lutfiah seperti dalamnya cinta-Mu kepada kekasih-Mu Muhammad SAW atau seperti cinta suci Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Amiiin Amiiin Ya Robbal ‘Alamiiin

Keretosono, 18 Maret 2017

0 komentar:

Posting Komentar